Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/01/2019, 11:59 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

3. Merusak jantung

Sama seperti merokok tembakau, menggunakan vape juga berisiko merusak jantung.

Dua studi yang dilakukan tim Glantz menemukan bahwa tidak hanya rokok biasa yang meningkatkan risiko penyakit jantung, tetapi karena pengguna vape terkadang masih mengisap rokok konvensional, maka risikonya lima kali lebih tinggi daripada orang yang sama sekali tidak merokok.

Partikel ultrafine yang besarnya 1/100 ukuran rambut manusia bisa masuk melewati celah-celah kecil ke dalam tubuh dan dapat masuk ke darah atau sel-sel dalam tubuh yang mungkin saja memiliki peran vital.

4. Mengurangi ketergantungan nikotin

Nikotin yang terkandung dalam vape memiliki efek sama terhadap otak dengan rokok konvensional.

Perbedaannya, kata Foulds, jika rokok biasa menghantarkan nikotin dalam jumlah besar dalam setiap isap, dosis yang terkandung dalam vape cenderung lebih sedikit bahkan meskipun kamu memiliki merek dengan kandungan nikotin tinggi.

“Rata-rata vape mengantarkan lebih sedikit nikotin ke paru-paru dan otak. Hal ini juga menyebabkan ketergantungan lebih rendah,” jelas Foulds.

Setelah sekitar dua tahun penggunaan, para perokok vape (mantan perokok konvensional) bisa mereduksi gejala menarik nikotin dan paparan racun asap rokok.

Baca juga: Hati-hati, Nikotin Bisa dengan Mudah Menempel di Tangan Anak

5. Sama-sama menimbulkan candu

Meskipun sekitar 85 persen pengguna vape mengatakan mereka menggunakannya untuk berhenti merokok, kecenderungan mereka berhenti lebih sedikit daripada orang langsung berhenti tanpa menggunakan vape.

“Mereka sebetulnya hanya beralih ke versi elektrik yang membuat mereka tidak lagi menggunakan rokok biasa. Pada akhirnya, mereka justru mengonsumsi lebih banyak nikotin pada hari di mana mereka tidak mengisap vape,” kata Foulds.

6. Menyebabkan asma pada anak dan remaja

Beberapa studi pada remaja pengguna vape menemukan bahwa bahan kimia yang terkandung di dalamnya memiliki efek iritan yang bisa memicu asma.

Efek serupa juga bisa saja dirasakan oleh pengguna vape dewasa. Namun, karena kebanyakan penggunanya adalah mantan perokok, sebuah kebiasaan yang juga menyebabkan asma, maka sulit untuk menemukan apakah risiko asma yang dialami disebabkan oleh vape atau rokok konvensional.

7. Menekankan bahaya rokok konvensional

Ada anggapan di sejumlah kalangan masyarakat bahwa vape tidak seberbahaya rokok konvensional. Namun, asumsi tersebut tidak benar

Dual user atau pengguna vape dan rokok konvensional lebih berisiko terdampak nikotin, logam berat dan zat karsinogen yang akan terlihat pada urin mereka. Kondisi ini akan meningkatkan risiko kanker, kecanduan dan penyakit terkait paru-paru hingga masalah kemandulan.

Jika perokok biasa lebih berisiko terkena serangan jantung tiga kali lipat, dual user lima kali lebih berisiko daripada non-perokok.

8. Risiko yang mengintai

Glantz mengatakan timnya sudah mempelajari rokok selama kurang lebih 70 tahun. Namun, studi mengenai vape baru saja dimulai. Oleh karena itu, kemungkinan masih ada sederet risiko yang mengintai di balik penggunaan vape dan belum diketahui.

Sebuah studi dari Johns Hopkins tahun lalu mempelajari 56 vape berbeda dan menemukan jumlah aerosol dalam jumlah signifikan yang berpotensi mengandung bahan-bahan tidak aman, seperti mangan, nikel, dan atau kromium.

Bahan-bahan tersebut berpotensi memicu berbagai penyakit seperti penyakit paru-paru, hati, sistem imun, kardiovaskularm hingga kerusakan otak.

Bahan-bahan logam tersebut tidak terdapat pada cairan vape, melainkan bisa saja dihasilkan dari metal pada bagian atas vape yang bereaksi karena proses pemanasan.

“Semakin banyak kita mempelajari, semakin kita sadar bahwa vape dan rokok adalah dua hal yang sangat berbeda dan memiliki profil racunnya masing-masing,” kata Glantz.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com