Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/01/2019, 09:22 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber time.com

KOMPAS.com - Cobalah tanya kepada orang yang meyakini perasaannya lebih baik setelah berolahraga.

Mereka tentu akan mengatakan, olahraga dan kesehatan mental memiliki keterkaitan erat.

Kesimpulan ini pun rupanya bisa dijelaskan secara ilmiah.

Banyak penelitian menemukan, aktivitas fisik berkorelasi terhadap penurunan risiko berkembangnya depresi dan memberikan efek positif kepada pelakunya.

Namun, apakah olahraga memang betul-betul bisa mencegah depresi? Sebuah studi yang dipublikasikan di JAMA Psychiatry menjelaskan tentang hal ini.

Penelitian tersebut menggunakan data generik dari 600.000 lebih orang dewasa yang terdaftar dari beberapa genom terkait.

Para peneliti pun menemukan lebih banyak bukti tentang keterkaitan aktivitas fisik dan penurunan risiko depresi.

Baca juga: Nonton Pertunjukan Budaya Ternyata Ampuh Cegah Depresi

Hal itu diungkapkan oleh Karmel Choi, penulis studi sekaligus mahasiswa doktoral di bidang psychiatric and neurodevelopmental genetics di Massachusetts General Hospital.

Penelitian tersebut meneliti beberapa tolok ukur lain, yaitu gen manusia, sejarah depresi seseorang, dan gejala-gejala depresi yang dialami, serta jumlah aktivitas fisik yang dilakukan.

Dengan membandingkan data-data tersebut, para peneliti mengidentifikasi adanya beberapa varian gen yang terkait dengan kecenderungan seseorang untuk berolahraga, dan lainnya terkait dengan kecenderungan perkembangan depresi.

Partisipan yang memiliki kecenderungan gen dengan olahraga cenderung tidak mudah membangun depresi.

Sebaliknya, orang-orang yang memiliki kecenderungan gen dengan depresi cenderung jarang berolahraga.

Menurut mereka, penemuan ini menemukan olahraga bisa mencegah kondisi itu. Namun, depresi tidak memiliki keterkaitan atau membuat seseorang menjadi lebih sedikit berolahraga.

"Aktivitas fisik mempunyai banyak manfaat. Tidak hanya untuk aspek kesehatan tapi juga menurunkan risiko perkembangan depresi."

Baca juga: Menurut Riset, Orang Baik Mudah Depresi

Begitu kata penulis lainnya, sekaligus Direktur Psychiatric and Neurodevelopmental Genetics Unit di Massachusetts General Hospital, Dr. Jordan Smoller.

Berikut ini adalah fakta ilmiah lainnya yang menunjukkan olahraga berdampak pada kesehatan mental:

1. Olahraga menunjang terapi depresi

Olahraga bukanlah obat masalah kesehatan mental. Depresi juga bisa menjadi rintangan untuk melakukan aktivitas fisik.

Selain temuan dari studi JAMA, banyak bukti anekdot yang menemukan bahwa banyak penderita depresi menemukan dirinya sulit untuk berolahraga.

Beberapa alasannya adalah efek antidepresan seperti kelelahan dan kenaikan berat badan, serta sulit mengumpulkan energi untuk berolahraga.

Meski bukan solusi untuk menyembuhkan depresi, namun sejumlah studi menunjukkan, olahraga punya dampak terhadap depresi.

Sebuah ulasan tentang sejumlah studi menemukan, aktivitas fisik, khususnya latihan ketahanan seperti angkat beban, bisa mengurangi gejala depresi.

Bagi sejumlah orang, mungkin sama efektifnya dengan perawatan konvensional seperti terapi perilaku kognitif, dan obat-obatan.

Studi-studi lainnya menemukan, tipe olahraga lain juga punya efek serupa, misalnya kardio atau yoga.

Meskipun masih tidak jelas bagaimana mendapatkan efeknya, namun para peneliti mengungkap sejumlah teori.

Baca juga: Memelihara Hewan Ampuh Kurangi Gejala Depresi

Olahraga keras, seperti angkat beban dan lari, bisa meningkatkan aliran darah ke otak, memiliki kecenderungan berubah struktur, dan memperbaiki sel.

Olahraga juga bisa memicu pelepasan endorfin atau hormon bahagia.

Nah, tipe yoga yang menekankan kerja pernafasan dan pikiran juga punya efek serupa.

2. Tak perlu olahraga "brutal" untuk melihat perubahan

Riset menemukan, olahraga ringan pun mempunyai dampak terhadap kesehatan fisik dan mental.

Stoller, penulis studi JAMA terbaru mencontohkan, misalnya memilih lari 15 menit ketimbang hanya duduk santai.

Atau, memilih jalan cepat selama satu jam ketimbang duduk santai selama satu jam.

"Level aktivitas bisa memberikan perbedaan," kata Stoller.

Menggunakan data lebih dari 1,2 juta warga Amerika Serikat dewasa, sebuah studi yang lebih luas pada 2018 menemukan kesimpulan serupa.

Seseorang bisa memiliki kesehatan mental yang lebih baik dengan melakukan olahraga sedikitnya dua jam setiap minggunya atau kira-kira sekitar 20 menit sehari.

Sebab olahraga terlalu brutal justru dianggap memiliki efek sebaliknya.

Baca juga: Depresi dan Insomnia? Cobalah Berendam dengan Air Hangat...

Sebuah studi pada 2017 juga memberi konklusi lainnya yang lebih ringan. Olahraga selama satu jam setiap minggunya sudah cukup untuk mencegah depresi.

Menemukan motivasi olahraga akan lebih mudah jika definisi "aktif" itu diperluas.

Choi, penulis JAMA studi bahkan mencontohkan naik turun tangga, berjalan di pertokoan, mencuci piring, atau membereskan cucian baju, juga bisa dipandang sebagai aktivitas fisik bagi sebagian orang.

Meskipun mungkin bagi orang-orang lainnya tidak dipandang demikian.

Dalam sebuah studi di 2017, disampaikan, olahraga ringan seperti jalan kaki sebetulnya memiliki manfaat lebih terhadap kesehatan mental daripada olahraga berat.

Pemerintah Amerika Serikat belakangan juga memperbarui pedoman aktivitas fisik yang menyebutkan, semua tipe gerakan mempunyai kontribusi penting terhadap kesehatan fisik dan mental.

Jadi, jika berolahraga di gym bagimu adalah pekerjaan berat, mulailah dari hal kecil. Sebab, jalan kaki jarak pendek pun ternyata sudah bisa mengatasi masalah mental loh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber time.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com