Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbagai Tips Cegah DBD, Salah Satunya Tak Gantung Pakaian Bekas Pakai

Kompas.com - 29/01/2019, 10:29 WIB
Mela Arnani,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Hujan dengan intensitas tinggi terjadi di beberapa daerah akhir-akhir ini. Risiko akan munculnya penyakit demam berdarah pun semakin meningkat meski kasus ini tidak hanya ditemukan saat musim hujan.

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini akan berkembang biak dengan cepat pada musim hujan karena adanya genangan air di lingkungan tempat tinggal.

Namun, ternyata Aedes aegypti tidak hanya berkembang biak di genangan air, melainkan juga di baju bekas pakai yang digantungkan. Ini disebabkan nyamuk tersebut menyukai aroma keringat manusia.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, masyarakat dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit DBD dengan lebih memperhatikan kebersihan lingkungan.

"Masyarakat juga waspada untuk lebih perhatian bila demam segera periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan, menghindari gigitan nyamuk di rumah, memastikan tidak ada baju yang bergelantungan," kata Nadia kepada Kompas.com, Selasa (29/1/2019).

Pakaian bekas pakai yang digantungkan dapat menjadi tempat tersembunyi nyamuk yang membawa virus DBD.

Baca juga: Penyebaran DBD Kian Meluas di DKI

Menurut Nadia, penyakit demam berdarah hingga saat ini masih menjadi ancaman karena belum baiknya masyarakat menjaga lingkungan sekitar.

"Virus dengue ada di sekitar kita dan karena pada musim hujan adalah saat nyamuk berkembang biak sehingga pertambahan nyamuk sangat cepat," ujar Nadia.

"Di saat musim kemarau, telur nyamuk yang mengering tidak dapat berkembang jadi nyamuk dewasa karena tidak ada media air, tapi saat musim hujan nyamuk cepat bertambah," kata dia.

Nadia menambahkan, orang yang sakit demam berdarah tiga-lima hari sebelum merasakan demam sebenarnya sudah mengandung virus dengue di darahnya. Karena ia digigit nyamuk, dengan mudah virus itu tersebar ke orang lain.

Ia memaparkan, masyarakat dapat mengurangi risiko penyakit ini dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M, yaitu menutup, menguras, dan mengubur barang-barang tidak terpakai yang dapat menimbulkan genangan air.

"Bila perlu melakukan fogging (pengasapan)," ujar dia.

Selain itu, masyarakat dapat mendaur ulang barang bekas, menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, serta mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah.

Menggigit pada pagi dan sore

Nadia menuturkan, nyamuk Aedes aegypti menggigit pada pagi hari sekitar pukul 08.00-11.00 dan sore hari sekitar pukul 15.00-17.00.

PSN (pemberantasan sarang nyamuk) juga harus dilakukan di sekolah, tempat anak-anak beraktivitas ketika pagi hari.

"Saat anak-anak aktivitas di sekolah, vas atau tanaman yang menggantung di sekolah juga bekas botol harus dibersihkan," kata dia.

Baca juga: Waspadai Penyakit DBD, Kenali Virus, Gejala Awal, dan Pencegahannya

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan, distribusi penyakit suspek DBD sejak minggu pertama 2018 hingga minggu pertama 2019 tertinggi di Jawa Timur dengan jumlah suspek DBD 700 orang, kemudian Jawa Tengah 512 orang, dan Jawa Barat 401 orang.

Orang yang diduga mengidap DBD belum tentu positif kasus DBD, namun sudah harus menjadi kewaspadaan oleh masyarakat dan pemerintah.

Nadia menyampaikan, Kemenkes saat ini telah membentuk posko kewaspadaan demam berdarah guna meningkatkan provinsi dan kabupaten/kota tentang langkah penanganan yang harus diambil untuk mencegah kasus bertambah dan meluasnya penyakit demam berdarah.

"Bila ada kasus DBD, segera lakukan penyelidikan epidemi dan penanggulangan fokus seperti foging dan pemberian larvasida," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com