Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berantas Nyamuk "Aedes aegypti" dengan 2 Cara Tak Lazim Ini..

Kompas.com - 29/01/2019, 15:37 WIB
Retia Kartika Dewi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Musim hujan yang turun di Indonesia menyebabkan jumlah korban penyakit demam berdarah dengue atau DBD meningkat. Hal ini terlihat di sejumlah kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Manado.

Untuk mengatasi DBD, yang perlu diwaspadai adalah genangan-genangan air yang bisa menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi penyebab DBD.

Untuk itu, masyarakat perlu mewaspadai tempat tertentu yang rawan menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti, seperti melakukan gerakan 3M, yaitu menguras, menutup, menimbun.

Ada juga terobosan baru untuk mencegah nyamuk berciri khas belang hitam-ini berkembang biak, seperti metode TSM dan metode saring jentik secara berkala.

Belum lama ini muncul informasi di aplikasi pesan WhatsApp yang mengabarkan adanya dua metode tak lazim dan tak banyak diketahui orang untuk mengurangi jumlah populasi nyamuk Aedes aegypti, penyebab penyakit demam berdarah.

Baca juga: Ratusan Tahun Berperang Melawan Nyamuk Aedes, Mengapa Manusia Tetap Gagal?

Penampungan air

Pada metode pertama, menggunakan media penampungan air yang disediakan untuk sarang nyamuk. Air yang ditampung tersebut nantinya akan diletakkan di tempat gelap atau pojok atau sekitar pohon di mana tempat nyamuk berkumpul.

Selanjutnya, tunggu air tersebut selama enam hari, lalu saring air menggunakan saringan teh dan terlihat banyak jentik nyamuk yang tersisa.

Kemudian, buang jentik ke tempat kering dan gunakan kembali air saringan pada tempatnya. Ulangi metode tersebut hingga tiga-empat minggu, setelah itu jentik akan berkurang karena populasi nyamuk juga semakin berkurang.

Untuk mencoba metode pertama, harus telaten dalam menyaring jentik. Sebab, jika jentik tidak disaring lebih dari enam hari akan berkembang menjadi nyamuk dewasa.

Baca juga: Berbagai Tips Cegah DBD, Salah Satunya Tak Gantung Pakaian Bekas Pakai

Serangga mandul

Kedua, metode pemberantasan nyamuk Aedes aegypti lainnya menggunakan "teknik serangga mandul" (TSM) yang saat ini masih dikembangkan oleh Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PAIR Batan) yang berpusat di Jakarta Selatan.

Mekanismenya, pemilik rumah akan melepaskan nyamuk jantan Aedes aegypti sekitar 50 ekor di area rumah. Nantinya, nyamuk-nyamuk itu akan bertugas mengawini nyamuk betina.

Hal menarik, nyamuk jantan ini sudah diradiasi untuk dibuat mandul dan juga tidak menggigit manusia, sehingga telur yang dihasilkan oleh nyamuk betina tidak akan pernah menetas.

Pihak PAIR Batan menyarankan agar pelepasan nyamuk jantan ini berlangsung sebulan sekali hingga lima bulan.

Selain itu, PAIR Batan juga telah melakukan uji coba dengan metode ini, seperti di Kabupaten Semarang, Banjarnegara, dan lainnya. Hasilnya, kasus demam berdarah (DBD) berkurang drastis.

Menurut mereka, metode pengasapan atau fogging kurang efektif dilakukan, karena tidak memusnahkan 100 persen nyamuk Aedes aegypti. Pengasapan yang benar juga dilakukan dengan selang waktu seminggu sekali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com