Amarah dan komunikasi tidak bisa bersatu. Coba ingat lagi, ketika kamu menyakiti pasangan, mungkin saat itu kamu sedang marah.
"Ketika tengah bertikai dengan pasangan, kita diperintah oleh bagian paling dasar dan primitif dari sistem saraf pusat," kata Hokemeyer.
Karena itu, saat marah upaya kita berkomunikasi bukan memperbaiki masalah, namun justru berakhir lebih buruk karena kita tanpa sadar melontarkan kata-kata yang menyakiti.
Untuk menghindari lingkaran yang merusak tersebut, cobalah melangkah mundur ketika komunikasi semakin panas.
Katakan, "Ini bukan waktu yang baik untuk membicarakan hal ini sekarang. Saya akan berjalan-jalan dan menjernihkan pikiran saya."
Menurut Torrisi, idealnya ambil jeda setidaknya 30 menit saat konflik untuk membiarkan detak jantung beristirahat, pikiran tenang dan memikirkan cara lebih baik mengekspresikan diri.
Jika pasangan benar-benar tidak akan membiarkan kamu pergi, Hokemeyer menyarankan menghitung hingga 50 kali di kepala sebelum merespons.
Hal ini dilakukan agar tidak ikut larut dalam konflik, serta memikirkan strategi lebih baik untuk penyelesaiannya.
4. Jangan mencoba memperbaiki semuanya
Drenner menyebutkan, salah satu kesalahan terbesar yang cenderung dilakukan pria dalam komunikasi adalah berusaha untuk memperbaiki masalah yang bahkan mungkin tidak ada.
"Sering kali, pasangan hanya ingin berbagi apa yang sedang ia hadapi atau melampiaskan sesuatu, bukan benar-benar mencari solusi,” katanya.
Yang mereka butuhkan terkadang hanya ingin didengarkan dan diperhatikan.
5. Jangan hanya bicara, dengarkan
Kebanyakan pasangan berdebat karena alasannya sepele--salah satu atau keduanya belum mencoba mendengarkan pasangan mereka.
Yang dilakukan hanya bicara, tapi lupa mendengarkan.