Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keseringan Main Game Action Bisa Bikin Cepat Pikun?

Kompas.com - 04/02/2019, 16:16 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Tak jarang kita menemukan orang sedang asyik bermain game action di gadgetnya, padahal kondisi saat itu bisa dibilang bukan waktu yang tepat untuk bermain game. Atau mungkin hal ini terjadi juga pada kamu?

Kalau sudah asyik bermain video games, orang biasanya akan lupa dengan kegiatan lain atau bahkan orang-orang di sekitarnya. Namun, seseru apa pun permainannya, jangan bermain game action terlalu sering, ya! Sebab, riset menemukan bahwa efek main game action bukan cuma bikin mata jadi lelah, tapi juga cepat pikun.

Setiap orang mempunyai cara tersendiri untuk melepas penat. Ada yang suka mendengarkan musik, pergi jalan-jalan, atau sekadar menikmati hari dengan banyak tidur.

Namun bagi kebanyakan pria, main game action menjadi aktivitas seru untuk menghabiskan akhir pekan. Apalagi kalau bermain bersama teman sebaya, kamu mungkin bisa sampai lupa waktu.

Memang, sah-sah saja kalau kamu punya hobi suka main game. Akan tetapi, sebetulnya ada batasan main game yang perlu diperhatikan. Alih-alih menyegarkan pikiran, efek main game action terlalu sering bisa membahayakan otak.

Baca juga: Kecanduan Main Game Bisa Jadi Tanda Gangguan Jiwa

Fakta mengejutkan ini ditemukan oleh Gregory West, dosen psikologi di Universite de Montreal, Kanada, pada tahun 2017. Padahal, beberapa penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa main game action memberikan dampak positif bagi penggunanya. Salah satunya adalah melatih kemampuan motorik dan fokus seseorang.

Akan tetapi, hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Molecular Psychiatry ini justru mengungkap hal sebaliknya. Sebanyak 85 persen orang yang main game action selama 6 jam lebih setiap minggu memiliki bagian abu-abu (grey matter) yang lebih sedikit pada bagian hipokampus, dibandingkan yang jarang main game.

Hipokampus adalah bagian otak yang menjadi pusat belajar, penyimpanan, dan pengolahan memori jangka panjang. Apabila keseluruhan hipokampus rusak, atau bahkan hanya sebagian saja, maka kita dapat mengalami masalah memori yang serius.

Kenapa bisa begitu?

Saat main game action, kita dipaksa berpikir kreatif untuk menemukan strategi mengalahkan lawan. Proses ini melibatkan bagian otak yang bernama striatum.

Striatum adalah bagian otak yang bertindak seperti semacam autopilot. Maksudnya, otak secara otomatis tahu seluk-beluk strategi permainan, misalnya kapan harus belok ke kanan, kiri, maju, atau mundur tanpa harus berpikir panjang. Jadi, bagian otak ini membuat arah ‘navigasi’ tadi menjadi sebuah kebiasaan.

Semakin sering striatum ini digunakan, maka otak akan semakin sedikit menggunakan hipokampus untuk mengingat hal-hal penting. Akibatnya, hipokampus mengalami atrofi alias kehilangan sel-sel dan jaringannya secara perlahan.

Dampak fatalnya, kita tidak bisa lagi mengingat hal-hal yang sifatnya jangka panjang. Kita mungkin masih bisa mengingat kembali hal-hal yang terjadi beberapa waktu lalu, tapi sayangnya tidak dapat mengingat hal-hal yang baru terjadi sebelum hipokampus rusak.

Misalnya saja, kamu sangat mudah mengingat nama-nama teman sekolah dulu. Namun, sekarang malah gampang lupa dengan nama teman baru di kantor. Dengan kata lain, kamu jadi mudah lupa alias pikun meskipun usia masih muda.

Efek main game action terlalu berlebihan ternyata belum berhenti sampai disitu. Orang dengan jumlah materi abu-abu yang lebih sedikit pada hippocampus ditemukan berisiko lebih tinggi terkena penyakit kejiwaan. Mulai dari depresi, skizofrenia, PTSD, hingga penyakit Alzheimer. Namun hal ini masih membutuhkan penelitian dan analisa lebih lanjut.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com