Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inem Jogja, Mantan Dosen yang Pilih Jadi "Wong Edan" demi Kebaikan

Kompas.com - 06/02/2019, 10:33 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com — Nama "Inem" terlanjur identik dengan sosok pelayan rumah tangga bertubuh seksi. Namun, citra "Inem" di kota Yogyakarta mulai diubah oleh Made Dyah Agustina, yakni menjadi "wong edan" penebar kebaikan.

Teriknya Kota Yogya tak menghalangi semangat Made untuk memakai "topeng Inem" dan membagikan nasi bungkus kepada para pedagang kecil dan mendengarkan keluh kesah mereka.

"Saya bagikan apa yang saya punya. Kalau lagi jadi Inem kan saya selalu bawa tas. Yah, apa yang ada di tas itu saya bagi, ada nasi bungkus dan hal kecil lain yang berguna," ungkapnya.

Tak melulu berupa makanan atau barang, Inem Jogja juga sering menyisihkan waktunya untuk mendengar curhatan para pedagang kecil.

Tak seperti kebanyakan wanita yang berusaha tampil cantik saat akan keluar rumah, Inem ala Yogya ini justru merias wajahnya mirip badut.

Wanita 33 tahun itu kerap dijuluki sebagai orang gila. Bahkan, ia pernah diusir dan dilempari es batu oleh seorang pedagang karena dianggap membuat takut orang-orang sekitar.

"Waktu di Malioboro diusir (petugas) keamanan. Terus waktu itu juga ada pedagang es teh melempar saya pakai es batu karena dia pikir saya bikin takut pembeli," ungkap Made sambil tertawa.

Namun, hal itu tak menyurutkan langkahnya. Baginya, lebih baik menjadi orang gila namun memiliki manfaat daripada waras tapi tak berguna.

Tak ada waktu khusus bagi Made untuk berubah menjadi sosok Inem Jogja. Ia melakukannya ketika dirinya memiliki waktu luang.

"Saya jadi Inem ini kan untuk mengisi waktu luang. Jadi, seminggu bisa cuma sekali keliling jogja atau kalau emang benar-benar banyak waktu luangnya, yah, bisa seminggu sampai empat kali," tambahnya.

Terinspirasi dari tarian

Made bukanlah wanita biasa. Ia adalah seorang sarjana Magister Pertunjukan Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Wanita yang memiliki darah Bali ini juga sempat berprofesi sebagai dosen. Namun, ia memilih meninggalkan profesinya dan terjun langsung untuk membantu masyarakat.

"Saya senang sih jadi dosen. Tapi, pulang kerja jadi capek, terus nggak ada waktu untuk anak. Makanya saya memilih resign," ungkapnya kepada Kompas.com.

Baca juga: Kisah Wati dan Wida, Kartini Kembar dalam Dunia Pedalangan

Tak ingin waktu luangnya terbuang sia-sia, akhirnya Made berinisiatif untuk keliling jalanan kota Yogya sembari membantu mereka yang membutuhkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com