Dua hari kemudian, Howington kembali ke pusat kebugaran dan melakukan hal sama. Rasa sakit masih dirasakannya setelah olahraga, tapi kini ia bisa langsung berjalan.
Menjalani rutinitas tersebut selama tiga kali seminggu dalam sebulan, maka berat badannya turun 15 kilogram.
Angka tersebut membawa perubahan bagi dia untuk terus melanjutkan usaha penurunan berat badan.
Pada akhir tahun -di masa itu, ia sudah menurunkan total 54,4 kilogram.
Beberapa tahun berlalu, Howington sangat sering mengalami naik-turun berat badan. Paling sering berat badannya bertahan di angka 104-113 kilogram.
"Saat itu aku tahu cara menurunkan berat badan, tapi belum mempelajari bagaimana mengganti pola hidupku secara permanen, meskipun aku tahu masa itu pasti akan datang," kata dia.
Sejak saat itu, dia mulai menghitung banyak hal terkait tubuhnya dari segi ilmiah.
Baca juga: Turunkan Berat Badan dengan Diet 5:2, Mau Coba?
Mulai dari kalori, waktu yang dihabiskan untuk berolahraga, berat badan, hingga berat badan fluktuatif antara pagi dan malam hari.
Selanjutnya, Howington tiba pada titik di mana ia bahkan bisa memprediksi berat air yang mungkin berkurang selama ia tidur.
Bagi Howington, segalanya adalah tentang data.
Ia merasa proses itu membuatnya terus maju. Ketika mengalami kemunduran, ia kembali ke data tersebut dan kembali bisa mengontrol pola hidupnya.
Dulu ia berhasil menurunkan 54,4 kilogram hanya dengan olahraga dan pola makan rendah lemak.
Setelahnya, ia mencoba diet keto ketat selama tiga tahun hingga berat badannya turun lagi sekitar 20 kilogram.
Tak hanya turun, ia berhasil menjaga berat badan tersebut.
Pada dua tahun terakhir, dia berubah pola makan menjadi menghitung asupan kalori dan makronutrien. Pola ini dianggap yang terbaik.