Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/02/2019, 09:52 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Bloomberg

Eshel menyimpulkan bahwa industri daging AS sedang memonopoli tanah, menuangkan sisa nitrogen ke sungai dan Teluk Meksiko, serta merusak biodiversitas. Namun, hal itu tidak berarti semua orang harus menjadi vegan.

Masyarakat bisa tetap menerapkan pola makan dengan daging tanpa mengalami kerusakan apapun jika mengurangi dua pertiga produksi daging sapi serta mengubah cara memberi makan ternak, yakni mengganti jagung dengan kulit-kulit sisa buah.

Nutrisi memang bukan bidang keahlian Eshel. Namun ia mengatakan bahwa ia mengkonsumsi apa yang diajarkannya, yaitu kebanyakan makanan berbasis tanaman dan menghindari daging merah.

Berasal dari Israel, Eshel mengatakan bahwa makanan-makanan timur tengah secara tradisional memiliki banyak variasi dan tidak hanya fokus pada daging-dagingan.

Namun, apakah daging merah baik atau buruk bagi kesehatan manusia tergantung pada masing-masing individu.

Baca juga: Vegan dan Vegetarian Itu Berbeda...

Laporan Lancet menyertakan sejumlah studi, termasuk sebuah studi yang dilakukan di Cina bahwa konsumsi daging berkorelasi dengan kesehatan yang lebih baik.

Peneliti studi mengacu pada Afrika, di mana protein dan lemak sehat adalah hal yang langka dan anak-anak akan lebih sehat jika lebih mudah mendapatkan akses daging dan produk susu.

Tetapi, saat ini ada ketimpangan yang cukup besar. Itulah mengapa ilmu kemudian berbaur bersama etika dan politik. Tapi, apakah hanya orang sosial atas yang boleh sehat? Haruskah orang-orang pada satu negara diperbolehkan makan dengan cara yang mampu menyumbang polusi global? Berapa banyak bukti yang cukup untuk mengajak semua orang beralih ke pola makan yang sama?

Lebih lanjut, para ilmuwan juga memulai analisa efek pola makan terhadap otak dan mereka khawatir kita membahayakan diri sendiri karena terlalu banyak konsumsi omega 6. Omega 6 terkandung dalam minyak goreng murah, seperti jagung dan kedelai, serta daging binatang ternak yang diberi makan jagung atau kedelai.

Seorang ahli neurosains nutrisi Joseph Hibbeln melihat peningkatan pola konsumsi omega 6 saat ini sebagai transformasi yang terbesar sepanjang sejarah Homo sapiens.

Secara kimia, omega 6 menambah kemampuan tubuh untuk membangun omega 3. Sejumlah studi mengaitkan kekurangan asupan omega 3 dengan kekerasan, bunuh diri, depresi, dan obesitas.

Beberapa ilmuwan mengkhawatirkan, perubahan konsumsi omega 3 ke omega 6 akan berdampak pada pembentukan otak anak di seluruh dunia.

Mungkin akan terlihat tidak pantas bagi siapapun untuk mengklaim pola makan yang terbaik. Sebab apa yang baik untuk masyarakat Amerika Serikat, misalnya, belum tentu baik bagi pembentukan otak anak di Afrika. Begitu pula bagi negara-negara lainnya.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com