Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Sneaker Lokal Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Kompas.com - 08/02/2019, 12:39 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama lima tahun terakhir pasar sneakers di Indonesia bisa dibilang dikuasi brand luar negeri. Mereka merilis sejumlah siluet, serta koleksi kolaborasi yang memincut perhatian konsumen.

Perlahan tapi pasti, dalam dua tahun belakangan brand sepatu lokal mulai menunjukkan tajinya. Koleksi sneakers, termasuk boots mulai muncul ke publik dan diminati. 

Menurut dr Tirta Mandira Hudhi, penggagas Sole Vacation dan kampanye #LocalPride, tahun 2019 bakal menjadi titik kebangkitan brand lokal. 

"(Sneakers) game (Indonesia) has been changed. Kalau tahun lalu orang ngejar hype, tahun ini ngejar kenyamanan dan nyari brand lokal kota mereka sendiri-sendiri," kata Tirta kepada KOMPAS.com, Jakarta Sneaker Day 2019, Senayan City, Kamis (7/2/2019).

"Mereka mulai respect, kalau gue beli brand lokal kota gue, seniman gue maju, Indonesia maju. Mereka mulai seperti itu. Mereka bukan koar-koar di medsos (saja), spending money juga."

Menurut Tirta, ada sejumlah faktor yang melatari. Pertama, saat ini pemerintah dianggap meningkatkan kesadaran pemakaian brand lokal, satu di antaranya lewat Presiden Joko Widodo yang memilih sepatu dari NAH Project.

Baca juga: Harga Gila yang Tak Bendung Hasrat Para Pemburu Sneaker di JSD

Sneakers edisi terbatas NAH Project yang berkolaborasi dengan Urban Sneakers Society (USS) dipasarkan hanya 50 pasang dalam acara yang berlangsung di pusat perbelanjaan Pasific Place, Jakarta. KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Sneakers edisi terbatas NAH Project yang berkolaborasi dengan Urban Sneakers Society (USS) dipasarkan hanya 50 pasang dalam acara yang berlangsung di pusat perbelanjaan Pasific Place, Jakarta.

Kedua, banyak desainer sepatu asal Indonesia yang mulai muncul dan diajak kolaborasi oleh brand lokal, sehingga kualitas makin mumpuni. 

Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah Compass yang mendapuk desainer sepatu Aji Handoko Purbo, sebagai creative director.

Aji kemudian rebranding Compass dengan merilis siluet terbaru, Gazelle, yang akhirnya menjadi buruan sejumlah sneakerhead di Indonesia.

Faktor ketiga, karena kenaikan nilai tukar dollar AS, sehingga membuat harga brand luar negeri makin mahal.

"Akhirnya kaum menengah urban, low-end, yang benar-benar masih ingin punya sepatu bagus, mulai melirik brand lokal. Itu juga akhirnya dimanfaatkan brand lokal dengan menjawab tantangan tersebut," kata Tirta.

Berbeda dengan acara Jakarta Sneaker Day 2018 yang hanya diikuti segelintir brand lokal, tahun ini, kata Tirta, antrian justru terjadi karena rilis sepatu Compass yang berkolaborasi dengan influencer Brian Notodihardjo atau akrab disapaan Bryant. 

Sebelumnya, saat event Sole Vacation, menurut Tirta, antrean booth sepatu Compass hingga 500 meter. Hal itu dianggap membuktikan jika brand lokal makin menaik.

Modal

Kendati kian menanjak dari sisi pamor dan kualitas, brand lokal bukan tanpa kekurangan. Menurutnya, banyak orang-orang yang memiliki desain bagus, namun kekurangan modal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com