Hingga saat ini, Renav sudah memiliki lima shoe last yang kini dipakai untuk produksi sepatu boots premium.
Material dan konstruksi kelas wahid
Ray terus mengembangkan material, dan mempertahankan yang sudah bagus. Soal material, misalnya, ia berani mengambil kulit impor Horween.
Kendati demikian Ray tak menihilkan peran serta tannery lokal yang dianggap tak kalah ciamik. Untuk lokal, Ray mengambil dari tannery asal Bandung yang juga menjadi eksportir kulit ke Jepang.
Menurut Ray, kendati ada perbedaan dari proses tanning, kulit lokal tetap memiliki daya tarik sendiri.
Pembeli dari luar negeri, misalnya, menurut Ray lebih suka dengan hasil dari kulit lokal, salah satunya yang diaplikasikan dalam koleksi TNK - 501 Redbrown Cowhide.
"Saya berani bersaing (dengan sepatu luar negeri) karena orang luar (negeri) paling senang warna Red Brown (kulit lokal) ini. Bagi orang luar (negeri), mereka tanya, 'Ini produksi Indonesia? Ini bagus banget, lo harus kembangin terus'," kata Ray.
"Makanya saya tekanin ke supplier (kulit lokal), lo harus pertahankan, kalau bisa kembangin."
Selain bahan upper yang ciamik, sol yang dipakai Renav pun tak kalah menarik. Ray memilih Dr Sole untuk memberikan konsumen kepuasan.
Pemilihan ini, selain karena ingin beda dengan brand lain yang memilih Vibram, juga dianggap memiliki kelebihan, seperti ice dan oil resistant.
"Untuk oil resistant lebih tahan dari pesaingnya," ujar Ray
Selain material, yang tak kalah penting adalah konstruksi. Ray sejak awal memilih terbaik, seperti goodyear untuk memberikan ketahanan, kokoh, termasuk estetika.
Baginya, ketahanan adalah penting, sehingga konsumen puas dan tak merasa dikecewakan dengan kualitas sepatu yang tak memiliki umur panjang.
"Jadi kita ngebuat sepatu mahal, tapi berkualitas. Bikin konsumen itu cinta banget sama sepatunya dan mau pake terus," katanya.
Pasar luar negeri