Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Lezatnya Kombinasi Lemak dan Karbohidrat

Kompas.com - 21/02/2019, 07:10 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Tahukah kamu kesamaan dari pizza, es krim, dan cokelat?  Selain menjadi comfort food (makanan yang memberi kenyamanan) banyak orang, ternyata makanan tersebut memiliki kandungan lemak dan karbohidrat dengan rasio 1:2.

Kombinasi lemak dan karbohidrat dengan rasio tersebut membuat kelezatan makanan itu jadi berlipat.

Penelitian tahun 2018 oleh tim dari Universitas Yale menemukan, kombinasi lemak dan karbo memiliki efek sinergis di otak. Dengan kata lain, makanan ini memiliki efek besar di otak, melebihi rasa lezatnya.

Makanan dengan komposisi tersebut juga paling laris. Bahkan, konsumen rela membayar tiga kali lebih mahal dibanding dengan makanan yang hanya mengandung karbohidrat atau lemak saja.

Dalam ASI

Secara alami, makanan yang mengandung rasio lemak dan karbohidrat mirip adalah air susu ibu (ASI). Kandungannya adalah 3-5 persen lemak dan sekitar 7 persen karbohidrat. Kurang lebih 1:2.

Tak mengejutkan jika orang yang mendapat ASI ketika bayi akan lebih menyukai makanan dengan komposisi serupa karena secara psikologi mengingkatkan mereka akan masa-masa paling nyaman dalam hidupnya, saat masih mendapatkan ASI.

Baca juga: Kurangi Gula, Garam, dan Lemak untuk Hidup yang Lebih Sehat

Menurut  ahli saraf dan peneliti Alain Dagher, masuk akal bahwa ASI adalah yang optimal. Karena itu adalah makanan pertama yang kita makan, kita juga belajar sejak usia sangat dini bahwa makanan adalah hadiah.

"Sepanjang usia kita akan merasakan kombinasi itu (lemak dan karbo) membuat nyaman," katanya.

Dagher menjelaskan, hal itu terjadi karena terciptanya "jalur reward" di otak, yaitu sistem ganjaran dan kesenangan yang melepaskan dopamin.

Hormon itu juga menstimulasi perilaku yang menguntungkan pada manusia, seperti makan makanan tinggi kalori untuk energi atau berhubungan seks untuk reproduksi.

Jalur tersebut ternyata juga akan aktif ketika dipicu oleh konsumsi narkoba atau makanan tertentu.

Respon senang setelahnya akan membuat kita ingin lagi dan lagi.

IlustrasiThinkstockphotos Ilustrasi

Respon di otak

Jalur reward di otak manusia melibatkan komunikasi yang kompleks dari seluruh indera, naluri, dan juga memori.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com