KOMPAS.com - Jam menunjukkan pukul 5 sore. Saya berjanji bertemu dengan Rifky Ferdinan, pemilik brand sepatu Word Division di sebuah tempat jasa pengiriman daerah Cibaduyut, Bandung.
Setelah bertemu dan tegur sapa, bersama salah seorang temannya Rifky langsung membawa saya melewati gang kecil untuk sampai ke sebuah rumah kos yang disulap menjadi gudang Word Division.
"Maaf agak berantakan dan kecil," katanya sembari mempersilakan masuk.
Di ruangan tersebut tampak tumpukan boks sepatu setinggi satu meter, serta beberapa sepatu lain yang disebutnya sampel. Meski baru sampel, sepatu tersebut sudah habis dipesan.
"Ini produk baru kami, tie dye. Saya coba-coba sendiri sih," ujarnya sambil tertawa.
Bagian menarik dari koleksi ini selain handmade dari pengrajin Cibaduyut, juga memiliki permainan warna.
Rifky memang konsisten mencoba hal-hal baru agar koleksinya yang selama ini didominasi warna hitam dan putih punya sedikit variasi.
Merealisasikan kesenangan
Word Division didirikan Rifky pada 2015, saat ia merasa bosan dengan pekerjaannya saat itu di industri ritel.
Semula Rifky membuat produk kaus untuk label WD yang dijual secara kecil-kecilan. Tak berapa lama ia mendapatkan ide lain untuk menggeluti dunia sepatu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.