Saat itu, ia diminta mertua untuk membereskan barang-barang bekas membuat sandal dan sepatu.
"Karena gue sendiri suka sepatu, terutama Vans, ah gue coba bikin," katanya
Ia mengerjakan sendiri semua desain, mulai dari menggambar dan mencoba menemukan logo yang pas. Bentuk logo huruf "W" seperti petir ia dapatkan setelah melihat tato petir di tangannya yang dibuat tahun 2014.
"Kalau dilihat-lihat, petir, mirip W (melambangkan Word Division)," ujarnya.
Bermodal Rp 5 juta, Rifky mulai mencoba-coba membuat sepatu dan menggandeng teman yang juga pengrajin sepatu.
Sneakers pertama yang dibuat Rifky dalam jumlah terbatas dan mengincar pemusik lokal Bandung sebagai pasar.
Perlahan, Rifky mulai memberanikan diri untuk merambah pasar pemain skateboard. Di sana, dia melakukan tes ketahanan sepatu.
"Pas baru pertama develop, memang ada keluhan cuma kuat dua bulan kalau dipakai setiap hari main (skateboard) dan jalan'," katanya.
Keluhan tersebut dianggapnya sebagai masukan dan titik tolak perbaikan produk, baik dari sisi lem pun konstruksi.
Sampai produk terakhir, koleksinya diklaim kuat hingga enam bulan jika dipakai bermain skateboard dan jalan setiap hari.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.