Sneakers pertama yang dibuat Rifky dalam jumlah terbatas dan mengincar pemusik lokal Bandung sebagai pasar.
Perlahan, Rifky mulai memberanikan diri untuk merambah pasar pemain skateboard. Di sana, dia melakukan tes ketahanan sepatu.
"Pas baru pertama develop, memang ada keluhan cuma kuat dua bulan kalau dipakai setiap hari main (skateboard) dan jalan'," katanya.
Keluhan tersebut dianggapnya sebagai masukan dan titik tolak perbaikan produk, baik dari sisi lem pun konstruksi.
Sampai produk terakhir, koleksinya diklaim kuat hingga enam bulan jika dipakai bermain skateboard dan jalan setiap hari.
Dari sisi desain dan siluet, Rifky mengakui jika ia terinspirasi dari Vans. Perbedaan mendasar hanya pada logo petir.
"Karena gue memang suka banget sama Vans," katanya.
Rifky pun tak mau ambil risiko untuk mengotak-atik siluet yang ada saat ini. Alasannya pasar sudah keburu suka. Oleh karena itu, ia mengeksplorasi sisi kreativitas mengubah warna dan desain.
Berkembang dan disukai
Perlahan tapi pasti, Word Division terus berkembang. Sepatu yang dibuat oleh Rifky mulai dilirik pasar, terutama kalangan anak-anak muda.
Promosi ia lakukan dengan menggandeng beberapa figur di dunia sneaker, seperti dr Tirta Mandira Hudhi dan Bryant Notodihardjo.
Kolaborasinya juga dilakukan dengan brand lain seperti Badhabbit yang fokus pada apparel.
Tak butuh waktu lama, koleksi sepatu yang berjumlah 100 pasang pun ludes terjual.
Bukan itu saja. Desain sepatu yang ia rilis pun mulai beragam, dari model kasual sampai sepatu lari.
Setiap sepatu pun disematkan sebuah cerita. Salah satu yang menarik adalah koleksi City Riots yang terinspirasi dari kota Bandung yang kian padat dan macet.