Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Word Division Buktikan Sepatu Cibaduyut Masih Bersaing

Kompas.com - 27/02/2019, 06:58 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jam menunjukkan pukul 5 sore. Saya berjanji bertemu dengan Rifky Ferdinan, pemilik brand sepatu Word Division di sebuah tempat jasa pengiriman daerah Cibaduyut, Bandung.

Setelah bertemu dan tegur sapa, bersama salah seorang temannya Rifky langsung membawa saya melewati gang kecil untuk sampai ke sebuah rumah kos yang disulap menjadi gudang Word Division. 

"Maaf agak berantakan dan kecil," katanya sembari mempersilakan masuk.

Di ruangan tersebut tampak tumpukan boks sepatu setinggi satu meter, serta beberapa sepatu lain yang disebutnya sampel. Meski baru sampel, sepatu tersebut sudah habis dipesan. 

"Ini produk baru kami, tie dye. Saya coba-coba sendiri sih," ujarnya sambil tertawa.

Word Division, sneaker lokal asal Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat. KOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA Word Division, sneaker lokal asal Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat.

Bagian menarik dari koleksi ini selain handmade dari pengrajin Cibaduyut, juga memiliki permainan warna.

Rifky memang konsisten mencoba hal-hal baru agar koleksinya yang selama ini didominasi warna hitam dan putih punya sedikit variasi.

Merealisasikan kesenangan 

Word Division didirikan Rifky pada 2015, saat ia merasa bosan dengan pekerjaannya saat itu di industri ritel.

Semula Rifky membuat produk kaus untuk label WD yang dijual secara kecil-kecilan. Tak berapa lama ia mendapatkan ide lain untuk menggeluti dunia sepatu.

Saat itu, ia diminta mertua untuk membereskan barang-barang bekas membuat sandal dan sepatu. 

Word Division, sneaker lokal asal Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat. KOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA Word Division, sneaker lokal asal Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat.

"Karena gue sendiri suka sepatu, terutama Vans, ah gue coba bikin," katanya

Ia mengerjakan sendiri semua desain, mulai dari menggambar dan mencoba menemukan logo yang pas. Bentuk logo huruf "W" seperti petir ia dapatkan setelah melihat tato petir di tangannya yang dibuat tahun 2014.

"Kalau dilihat-lihat, petir, mirip W (melambangkan Word Division)," ujarnya.

Bermodal Rp 5 juta, Rifky mulai mencoba-coba membuat sepatu dan menggandeng teman yang juga pengrajin sepatu.

Sneakers pertama yang dibuat Rifky dalam jumlah terbatas dan mengincar pemusik lokal Bandung sebagai pasar. 

Perlahan, Rifky mulai memberanikan diri untuk merambah pasar pemain skateboard. Di sana, dia melakukan tes ketahanan sepatu.

"Pas baru pertama develop, memang ada keluhan cuma kuat dua bulan kalau dipakai setiap hari main (skateboard) dan jalan'," katanya.

Word Division, sneaker lokal asal Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat.KOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA Word Division, sneaker lokal asal Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat.

Keluhan tersebut dianggapnya sebagai masukan dan titik tolak perbaikan produk, baik dari sisi lem pun konstruksi.

Sampai produk terakhir, koleksinya diklaim kuat hingga enam bulan jika dipakai bermain skateboard dan jalan setiap hari. 

Dari sisi desain dan siluet, Rifky mengakui jika ia terinspirasi dari Vans. Perbedaan mendasar hanya pada logo petir.

"Karena gue memang suka banget sama Vans," katanya.

Rifky pun tak mau ambil risiko untuk mengotak-atik siluet yang ada saat ini. Alasannya pasar sudah keburu suka. Oleh karena itu, ia mengeksplorasi sisi kreativitas mengubah warna dan desain.

Berkembang dan disukai

Word Division, sneaker lokal asal Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat. KOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA Word Division, sneaker lokal asal Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat.

Perlahan tapi pasti, Word Division terus berkembang. Sepatu yang dibuat oleh Rifky mulai dilirik pasar, terutama kalangan anak-anak muda.

Promosi ia lakukan dengan menggandeng beberapa figur di dunia sneaker, seperti dr Tirta Mandira Hudhi dan Bryant Notodihardjo.

Kolaborasinya juga dilakukan dengan brand lain seperti Badhabbit yang fokus pada apparel.

Tak butuh waktu lama, koleksi sepatu yang berjumlah 100 pasang pun ludes terjual.

Bukan itu saja. Desain sepatu yang ia rilis pun mulai beragam, dari model kasual sampai sepatu lari.

Setiap sepatu pun disematkan sebuah cerita. Salah satu yang menarik adalah koleksi City Riots yang terinspirasi dari kota Bandung yang kian padat dan macet.

Suasana kota tersebut akhirnya ditumpahkan Rifky dalam gagasan sebuah sepatu full black dengan tambahan sentuhan warna hijau neon pada bagian heel dan outsol bawah.

"Warna hijau ini agar lebih menarik atau eye catching," katanya.

Harga terjangkau

Word Division, sneakers asal Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat.Instagram Word Division Word Division, sneakers asal Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat.

Soal harga, Word Division boleh dibilang terjangkau. Harga yang dipatok rata-rata Rp  400.000-an. 

Dengan harga itu, Rifky memastikan konsumen mendapatkan bahan yang apik, serta proses pembuatan mumpuni. Selain handmade, saat ini ia pun mulai merambah manufaktur untuk beberapa desain untuk memenuhi permintaan.

Kendati demikian, ia berprinsip untuk tetap mendorong pengrajin lokal Cibaduyut untuk terus berkembang--tak kalah bersaing untuk membuat sepatu berkualitas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com