Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/03/2019, 07:00 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seiring bertambah usia, sebagian besar pria akan mengalami masalah rambut rontok. Semakin lama, jika tak dicegah, risikonya adalah kebotakan.

Kendati demikian, ancaman itu tak selalu menjadi hal yang harus ditakuti. Setidaknya, temuan terbaru HairClone "hair banking", bisa menjadi solusi untuk ancaman kebotakan tersebut.

Laman Dmarge menguraikan, cara kerja metode ini adalah dengan mengikat folikel rambut, lalu dikloning, dan kemudian digunakan kembali di kemudian hari ketika pria mulai mengalami kebotakan.

HairClone percaya, orang dewasa akan dapat mengekstrak folikel dari kulit kepala mereka dan memasukkannya ke dalam penyimpanan.

Baca juga: 5 Cara Selamatkan Rambut dari Kebotakan

Prosedur ini bekerja dengan menargetkan sel-sel di dalam folikel dan mengkloning di laboratorium.

Setelah kerontokan rambut mulai terjadi, dokter menyuntikkan kembali folikel ke kulit kepala pasien sehingga meremajakan pertumbuhan rambut.

Kendati secara teori sederhana, prosedur yang dijuluki sebagai "polis asuransi rambut" ini memiliki harga yang tergolong mahal.

Kepada MailOnline, Direktur medis HairClone dokter Bessam Farjo mengatakan, tujuan dari perawatan ini adalah untuk meremajakan rambut yang mulai menipis.

Selai itu, untuk menumbuhkan sebanyak mungkin rambut yang diinginkan.

"Maksud dari kloning rambut adalah untuk menciptakan rambut sebanyak yang kita butuhkan, kapan saja, tanpa khawatir kita akan kehabisan di masa depan," kata dia.

"Banyak yang mungkin melihat ini sebagai polis asuransi untuk kehidupan di kemudian hari."

HairClone mengklaim mereka adalah yang pertama berhasil menguji teknik panen, kloning, dan peremajaan rambut ini.

Kelompok lain, kata Farjo, juga mencoba teknik ini, namun pengujian tidak sempurna.

Menurut dia, pada kelompok lain, ketika sel-sel folikel manusia dikloning, sel tersebut dengan cepat kehilangan fungsinya.

Baca juga: Perawatan Osteoporosis Ternyata Bisa Bantu Atasi Kebotakan

"Namun terobosan ilmiah terbaru menunjukkan bagaimana sistem multiplikasi kultur dapat dikembangkan, itulah sebabnya kami menciptakan HairClone Inc. sekarang," kata dia.

Jika semua berjalan dengan baik, Farjo dan tim yang saat ini sudah mendapatkan lisensi dari Human Tissue Authority (HTA) akan segera memulai konsultasi dengan pasien.

Kendati demikian, ada beberapa batasan untuk prosedur ini, yakni perihal tingkat kerontokan rambut.

Farjo mengaku, pasien mereka dianjurkan langsung 'menabung' folikel rambut sesaat setelah menyadari mengalami kerontokan.

Ada pun kerontokan bisa mulai dari usia 40-an, 30-an, atau bahkan 20-an.

Semakin cepat menabung folikel, maka makin banyak yang disimpan dan bisa dipertahankan ke depan.

Prosedur HairClone berharga 2.500 poundsterling atau sekitar Rp 40 jutaan untuk prosedur awal.

Sementara, tarif sebesar 100 poundsterling atau sekitar Rp 1,6 juta per tahun untuk menyimpan folikel.

Farjo tidak mengungkapkan biaya suntikan folikel, karena dianggap eksklusif.

Namun dia mengakui harganya sebanding dengan prosedur transplantasi rambut premium.

Baca juga: Mengapa Milenial Alami Kebotakan Lebih Cepat?

Dia juga merekomendasikan untuk mengulangi perawatan ini setiap 3-5 tahun untuk mempertahankan rambut tetap lebat.

"Batasan utama operasi transplantasi rambut adalah jumlah rambut yang bisa kamu sumbangkan dari kepalamu sendiri," kata doa.

“Semakin banyak rambut rontok yang kamu alami, semakin besar daerah botak, semakin sedikit rambut yang tersedia. Ada saatnya ketika kamu tidak memiliki rambut yang dibutuhkan. "

Prosedur kloning rambut ini belum dilakukan pada pasien, tetapi Farjo mengatakan mereka tengah mengajukan persetujuan pengaturan untuk memastikan keselamatan dan kesuksesan perawatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com