KOMPAS.com - Sejak masih kecil,
"Untuk setiap suasana hati yang saya alami, mau senang, sedih, bosan, excited, saya selalu menjadikan makanan sebagai 'kawan dekat'," ungkap May.
"Jadi, makanan memang selalu menjadi fokus dalam setiap perayaan dalam hidup saya," begitu kesaksian May yang dimuat di laman Women's Health.
Baca juga: Kenalilah, 5 Kebiasaan Baik untuk Turunkan Berat Badan
Akhirnya, ketika mulai menginjak usia dewasa, May mengaku tak mengerti tentang pentingnya 'menjalin hubungan' yang baik dengan makanan sehat.
"Yang saya lakukan ya tetap makan dalam jumlah besar, terus ngemil, dan konsisten untuk 'nambah' hingga 2-3 kali dalam setiap kesempatan makan," ujar dia.
View this post on Instagram
Suatu hari di tahun 2016, May harus menimbang berat badannya memakai timbangan skala industri -bukan timbangan skala kamar mandi yang biasa dipakai banyak orang.
"Saat itu itulah muncul peringatan luar biasa yang 'menampar' saya," ucap May.
"Saya mendapatkan pekerjaan impian saya sebagai guru pertanian. Tetapi, saya merasa berat badan menghambat saya untuk memberi siswa pengalaman yang pantas mereka dapatkan," kata dia.
Salah satu contoh kecilnya, kata May, badannya tak muat di belakang kemudi mobil van sekolah, saat harus membawa siswa melakukan kunjungan ke lapangan.
Baca juga: Melihat Sederet Pesohor yang Sukses Turunkan Berat Badan...
Kemudian, sesudah momen reuni SMA, seorang kawan mendatangi May dan membahas tentang berat badan.
Perempuan itu, kata May, seorang pelatih kebugaran di Optavia -program penurunan berat badan.
Kawannya itu yang kemudian meyakinkan May, bahwa dia bisa melakukan sesuatu terhadap kondisi badannya tersebut.
"Akhirnya saya putuskan untuk mencoba. Lagi pula, saya sadari enggak ada ruginya sama sekali untuk mencoba," kata May.
"Nah, sebelum dimulai, saya harus menimbang berat badan. Timbangan industri yang saya pakai menyebut berat saya 233 kilogram," ujar May.