Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Nyepi Identik dengan Detoks Digital, Apa Manfaatnya?

Kompas.com - 07/03/2019, 17:38 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bagi umat Hindu di Indonesia, Hari Nyepi dijadikan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan intropeksi diri.

Hari Nyepi tahun ini jatuh pada Kamis (7/3/2019) hingga Jumat (8/3/2019), yang merupakan tahun baru Saka atau penanggalan versi Bali.

Penanggalan itu menggunakan perhitungan berdasarkan bulan dan hampir mirip dengan kalender Gregorian. Bedanya, tahun Saka dimulai dari hari penobatan Maharaja Diraja Kanishka I yang jatuh pada 78 Masehi.

Tahun baru Saka ini jatuh setelah bulan baru pertama Maret di kalender Masehi, atau setelah bulan mati (tilem sasih) bulan Kasanga kalender Saka.

Selama 24 jam, umat Hindu tidak diperkenankan untuk beraktivitas di luar rumah dan melakukan berbagai kegiatan. Biasanya dimulai pukul 06.00 pagi hingga 06.00 pagi keesokan harinya.

Umat Hindu Bali melaksanakan empat pantangan atau catur brata yang terdiri dari amati karya (tidak melakukan kegiatan fisik selain untuk penyucian jiwa), amati lelungan (tidak boleh keluar rumah atau bepergian), amati lelanguan (tidak boleh mencari hiburan), dan amati geni (tidak boleh menyalakan api atau lampu).

Ada yang menjadi unik dalam perayaan Hari Nyepi, yakni dengan berlakunya detoks digital atau digital detox. Sejak 2018, majelis keagamaan di Bali meminta operator seluler dan internet mematikan internet selama satu hari ketika Nyepi.

Kebijakan itu disetujui Kementerian Komunikasi dan Informatika dan menjadi salah satu kejadian paling langka di dunia.

Baca juga: Fakta Menarik Nyepi, Perayaan Tahun Baru Saka dan Hanya di Indonesia

Manfaat detoks digital

ilustrasi ponselThinkstock ilustrasi ponsel
Ponsel pintar memang tak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia era milenial saat ini. Mereka selalu terhubung melalui jaringan internet dengan ponsel pintarnya.

Detoks digital muncul sebagai upaya untuk mengerem laju teknologi dan kembali ke hubungan nyata. Masyarakat Hindu Bali juga menghendaki detoks digital bisa dilakukan agar bisa fokus beribadah.

Namun, tentunya detoks digital juga memiliki banyak manfaat kehidupan sehari-hari, yang banyak tak diketahui orang.

Dilansir dari Huffington Post, ada manfaat jika seseorang melakukan detoks ini. Mereka akan merasa lebih tenang dan damai. Ponsel atau tablet yang tak berbunyi bisa menenangkan pikiran hingga membuat seseorang lebih santai.

Selain itu, manfaat lain adalah bisa berhubungan dengan banyak orang di sekitar secara alami, yang menambah kepekaan sosial dan relasi. Berinteraksi secara langsung akan melepaskan hormon oksitosin yang menimbulkan perasaan bahagia.

Detoks digital juga dipercaya bisa mengubah pola pikir lebih aktif dan kritis. Permasalahannya, ketika seseorang tak tahu jawaban, pasti mencari di Google menjadi langkah akhir.

Namun dengan detoks digital, seseorang bisa berdiskusi dan banyak mengobrol dengan orang dekatnya untuk mencari jawaban yang lebih luas dan mengubah perspektifnya.

Dilansir dari Wired, kehadiran ponsel pintar menjadi simbol utama dari kemajuan teknologi. Rata-rata orang menghabiskan sekitar empat jam per hari untuk menggunakan ponselnya. Selain itu, juga ada sebagian orang yang melihat tablet atau PC dalam aktivitas harian.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan layar itu berdampak bagi kehidupan manusia. Tak heran dengan detoks digital, efek cahaya biru yang terpancar dari layar bisa berkurang. Manfaatnya, membuat tidur lebih relak dan pikiran lebih tenang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com