Bila sedikit ekstrem, khususnya untuk perempuan yang mendapatkan beasiswa pendidikan dari pemerintah Indonesia, harus mempunyai peran riil dalam sektor publik. Wujudnya yang paling mudah dilihat adalah bekerja sesuai dengan bidang ilmunya.
Penulis pernah mengadakan riset ilmiah mengenai latar belakang perempuan milenial Indonesia yang melanjutkan pendidikan tinggi (S2 dan S3). Deretan jawaban dari 66 responden yaitu ingin menjadi lebih ahli dalam ilmu yang digeluti, aktualisasi diri, dan membantu perekonomian keluarga.
Oleh karena itu, mereka rela menyediakan waktu luang untuk melanjutkan kuliah. Bahkan meski tanpa beasiswa, banyak perempuan yang self funded (secara sukarela menabung atau dibiayai orang tua atau suami kuliah lagi).
Selain itu, 84 persen responden juga mengatakan bekerja setelah menikah. Ketika dihadapkan memilih dunia profesional atau domestik, 60 persen perempuan merasa yakin bisa membagi waktu antara keduanya dan 23 persen memilih meninggalkan dunia profesional untuk fokus pada rumah tangga.
Bagaimana bila pasangan lebih menyukai mereka untuk fokus di ranah domestik saja? Hasilnya, 64 persen responden memilih untuk terus meyakinkan pasangan bisa total di ranah domestik dan profesional, dan 7,5 persen memilih meninggalkan karier untuk menyenangkan pasangan.
Data demi data dan hasil riset menunjukkan hasil yang berbanding lurus antara usaha dan kemauan perempuan Indonesia untuk mendukung sektor perekonomian Indonesia.
Di Hari Perempuan Internasional ini, kabar baik ini semoga menjauhkan perempuan Indonesia dari sikap saling menyabotase, skeptis, nyinyir, dan stigma lain terhadap perempuan lainnya.
Perempuan zaman sekarang sudah bukan waktunya untuk saling menjatuhkan, berkompetisi dengan culas, dan saling sikut. Nowadays point, empowered women empower others.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.