KOMPAS.com - Matahari terik menyelimuti wilayah Kemang hari itu. Meski demikian, cuaca panas itu tak menyurutkan sambutan dari pemuda pengharum nama Bangsa, kepada Kompas.com.
Pemuda itu adalah Vicentius Aditya, founder dari Paradise Youth Club (PYC), label streetwear asal Indonesia.
PYC yang didirikan sejak 2015 merupakan alter-ego dari Adit. Saat itu, Adit sudah cukup jenuh dengan pilihan busana di pasaran.
"Terus gue emang mau buat sesuatu yang mau dipakai sendiri, bukan yang pasar mau atau demand. Idealis dari seseorang desainer grafis."
Begitu ungkap Adit yang bekerja di industri ritel dalam perbincangan belum lama ini.
Baca juga: Kisah Sukses Paradise, Kaus Pride Indonesia yang Tembus Pasar Dunia
Uniknya, Adit yang terbiasa mendesain untuk industri ritel besar tersebut tidak pernah memakai barang-barang tersebut, sekali pun desain yang ia buat laku di pasar.
Alasannya simpel, karena barang-barang tersebut tidak sesuai dengan keinginannya.
"Ini cuma soal personal taste aja. Namanya brand, terutama pakaian, kan harus sesuai diri lo juga kan."
"Kalau misalkan barang yang lo bikin enggak sesuai dengan diri lo, ya pasti enggak mau pakai. Sesimpel itu aja."'
Demikian penuturan Adit yang menyebut nama PYC sebagai bagian dari sisi paradise seorang desainer grafis.
Untuk PYC, Adit menekankan pada kultur anak muda, khususnya pada tahun 90-an. Masa itu diambil lantaran industri skateboard, surf hingga hip-hop tengah naik daun.
Apalagi, pada masa tersebut, Adit kesulitan mendapatkan kaus-kaus kesukaan karena segala keterbatasan seperti penjualan.
"Gue remenishing ke era itu. Gue create beberapa barang yang secara estetika menampilkan barang di era itu," ujar Adit.
Desain yang dimunculkan Paradise yakni seperti heavy graphic, di mana cukup vokal.