Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih Dekat dengan "Paradise Youth Club", Merek Lokal yang Mendunia...

Kompas.com - 08/03/2019, 19:01 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Matahari terik menyelimuti wilayah Kemang hari itu. Meski demikian, cuaca panas itu tak menyurutkan sambutan dari pemuda pengharum nama Bangsa, kepada Kompas.com

Pemuda itu adalah Vicentius Adityafounder dari Paradise Youth Club (PYC), label streetwear asal Indonesia.

PYC yang didirikan sejak 2015 merupakan alter-ego dari Adit. Saat itu, Adit sudah cukup jenuh dengan pilihan busana di pasaran. 

"Terus gue emang mau buat sesuatu yang mau dipakai sendiri, bukan yang pasar mau atau demand. Idealis dari seseorang desainer grafis."

Begitu ungkap Adit yang bekerja di industri ritel dalam perbincangan belum lama ini.

Baca juga: Kisah Sukses Paradise, Kaus Pride Indonesia yang Tembus Pasar Dunia

Uniknya, Adit yang terbiasa mendesain untuk industri ritel besar tersebut tidak pernah memakai barang-barang tersebut, sekali pun desain yang ia buat laku di pasar.

Alasannya simpel, karena barang-barang tersebut tidak sesuai dengan keinginannya. 

"Ini cuma soal personal taste aja. Namanya brand, terutama pakaian, kan harus sesuai diri lo juga kan."

"Kalau misalkan barang yang lo bikin enggak sesuai dengan diri lo, ya pasti enggak mau pakai. Sesimpel itu aja."'

Demikian penuturan  Adit yang menyebut nama PYC sebagai bagian dari sisi paradise seorang desainer grafis.

Makna di setiap desain

Koleksi Futourism dari Paradise Youth ClubParadise Youth Club Koleksi Futourism dari Paradise Youth Club

Untuk PYC, Adit menekankan pada kultur anak muda, khususnya pada tahun 90-an. Masa itu diambil lantaran industri skateboard, surf  hingga hip-hop tengah naik daun. 

Apalagi, pada masa tersebut, Adit kesulitan mendapatkan kaus-kaus kesukaan karena segala keterbatasan seperti penjualan.

"Gue remenishing ke era itu. Gue create beberapa barang yang secara estetika menampilkan barang di era itu," ujar Adit. 

Founder Paradise Youth Club Vincentius AdityaParadise Youth Club Founder Paradise Youth Club Vincentius Aditya

Desain yang dimunculkan Paradise yakni seperti heavy graphic, di mana cukup vokal.

Pilihan itu dianggap sebagai salah satu cara penyampaian pesan yang ingin disampaikan lewat desain.

Pesan dari diri Adit baik dari era youth culture tahun 90-an, pun bicara tentang isu sosial.

Bahkan dia mengklaim setiap desain yang dibuat memiliki arti, bukan sekadar gambar.

Koleksi pertama, misalnya, memiliki desain kata berukuran besar di kaus--Big Wave Riders.

Di sana, Adit ingin menampilkan sisi positif kultur surfing.

"Anggap lo hidup sebagai surfer dan di tengah laut. Problem itu ombak," kata Adit.

Baca juga: 3 Brand Streetwear Indonesia Mendunia, Isi Koleksi Urban Outfitters

"Big Wave Rider artinya saat kita hadapi masalah, ombak itu, gimana caranya kita bisa tap in dengan ombak itu dan justru terlihat menyenangkan," katanya.

Cerita lain pada koleksi terakhir, Futourism. Koleksi ini menceritakan sisi gelap era digital.

Pada koleksi tersebut ada desain Charley Chimp, mainan monyet zaman dulu. Menariknya, Charley justru mengenakan VR.

"Gue mau gambarin situasi manusia saat ini itu suka kayak terbuai dengan kehidupan digital. Bahkan mereka sampai lupa, dirinya di dunia nyata itu siapa," kata dia.

Disukai pasar internasional

Koleksi Futourism dari Paradise Youth ClubParadise Youth Club Koleksi Futourism dari Paradise Youth Club

Cerita itu pula yang membawa PYC dilirik oleh Urban Outfitters, peritel busana asal Amerika Serikat.

Pertemuan secara langsung kedua brand tersebut saat acara Agenda di Amerika Serikat tahun 2018.

Urban Outfitters yang sudah mengetahui PYC mendapat kesempatan langsung bertemu dan memegang koleksi dari brand asal Indonesia.

Dari sana, mereka lantas tertarik untuk memesan koleksi Futourism dalam jumlah banyak.

Menariknya, selain Urban Outfitters, ternyata ada belasan peritel internasional lain yang menjadi wholesaler dari Paradise Youth Club, seperti Dover Street Market dan Size?.

Selain dari desain, hal yang tak kalah menarik adalah bahan yang digunakan, salah satunya cut and sew, serta premium katun berbahan lembut.

Baca juga: Kurasi Ketat Lahirkan 3 Duta Indonesia untuk Fesyen Streetwear Dunia

Dengan kualitas mumpuni, di atas kaus-kaus merchandise band, harga yang dibanderol pun cukup terjangkau, yakni 36 dollar AS atau Rp 515.000.

"Sementara untuk kaus tipe kami dari brand luar itu harganya mulai dari 50 dollar AS," ujar Adit.

Tahun ini, Adit berencana membawa PYC lebih luas ke pasar Eropa seperti Perancis dan Jepang.

Pemilihan kedua area tersebut karena melihat potensi streetwear dari kedua negara tersebut yang besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com