Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/03/2019, 22:12 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

Misalnya, tinggal bersama atau merawat seseorang yang depresi. Sebuah penelitian dari National Health Institute of Mental Health menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal bersama orangtua yang depresi berisiko hingga tiga kali lipat lebih tinggi untuk “tertular” depresi dan dua hingga enam kali lipat lebih rentan untuk mengembangkan ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan terlarang.

Rasa duka yang tak kunjung mereda setelah ditinggal bunuh diri seseorang yang dicintai juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi dan ketergantungan alkohol dan/atau obat-obatan sebagai cara pelampiasan kesedihan. Depresi dan penyalahgunaan zat adalah faktor risiko terbesar yang mendorong keinginan bunuh diri.

Ambil contoh kasus bunuh diri Chester Bennington dan Chris Cornell. Kedua sosok pemusik ini sebetulnya sudah sejak lama berjibaku dengan gangguan mental yang diidap masing-masing.

Chester Bennington sejak lama diketahui berjuang dengan depresi dan ketergantungan narkoba dan alkohol. Sementara itu, Chris Cornell diketahui mengidap gangguan kecemasan yang disertai dengan penyalahgunaan obat.

Tindak bunuh diri Chester Bennington memang didasari oleh gangguan depresi yang telah menggerogotinya selama bertahun-tahun. Begitu pula dengan Chris Cornell.

Namun, tindak bunuh diri Chester diduga kuat juga didorong oleh rasa duka ditinggal oleh sahabat, serta tak hentinya paparan media massa yang memberitakan kasus bunuh diri sang vokalis Soundgarden.

Kematian Cornell dipercaya kuat memengaruhi Chester untuk ikut mengakhiri hidupnya dengan cara yang sama persis: gantung diri.

Baca juga: Kenali Gejala Depresi, Pemicu Utama Bunuh Diri

Media massa dapat menjadi perantara “penularan” bunuh diri

Sama halnya dengan epidemi bunuh diri yang terjadi pada sejumlah remaja fans serial TV kontroversial 13 Reasons Why di berbagai belahan dunia. Paparan media massa terhadap gambaran bunuh diri secara tak langsung ikut memengaruhi keputusan seseorang untuk mengakhiri hidupnya.

Kebanyakan remaja ini dilaporkan sebelumnya sudah terdiagnosis memiliki depresi atau gangguan mental lainnya, atau dipercaya berisiko tinggi.

Ditambah dengan menonton adegan sadis nan familiar yang ada dalam tayangan tersebut, hal ini dapat membangkitkan ingatan mereka akan trauma yang mereka alami dulu.

Baik alur cerita maupun adegan “blak-blakan” yang ditayangkan dalam serial tersebut diduga kuat sebagai pemicu utama mereka untuk mengakhiri hidupnya.

Baca juga: Waspadai Efek Menonton Tayangan Bunuh Diri di Media Sosial

Cara untuk mencegah penularan bunuh diri

Paparan berlanjut terhadap perilaku atau tindakan bunuh diri yang ditunjukkan seseorang dapat meningkatkan risiko orang lain di sekitarnya yang susah rentan, untuk terpengaruh hal yang sama.

Misalnya, dengan menonton atau membaca hal-hal yang terkait dengan aksi bunuh diri, merawat dan tinggal bersama seseorang yang depresi kronis/berat, atau terlebih menyaksikan tindakan bunuh diri tersebut (baik secara langsung maupun lewat media massa).

Remaja adalah kelompok yang paling rentan terhadap penularan bunuh diri melalui media. Risiko penularan bunuh diri melalui media bisa diminimalkan dengan pelaporan berita yang singkat.

Pemberitaan yang berkepanjangan dan berulang-ulang bisa meningkatkan frekuensi paparan mereka terhadap pemicu bunuh diri.

Pemberitaan media massa seharusnya tidak boleh membocorkan deskripsi rinci tentang metode bunuh diri karena membuka kemungkinan untuk ditiru.

Pemberitaan tentang kasus bunuh diri juga harus dilengkapi dengan informasi bagaimana bunuh diri bisa dicegah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com