Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsep Baru Clarks, Apa Bedanya dengan yang Dulu?

Kompas.com - 17/03/2019, 11:47 WIB
Wisnubrata

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kita tentu masih ingat bahwa gerai-gerai sepatu Clarks ditutup tahun 2018 lalu dengan diskon besar-besaran.

Konon alasan penutupan adalah karena sepatu-sepatu yang ditawarkan kalah bersaing dengan tren sneakers dan sepatu kasual yang populer belakangan ini.

Padahal sebenarnya banyak pesohor tetap terlihat mengenakan Clarks, seperti David Beckham, Pangeran Harry, hingga Kanye West yang merancang Yeezy.

Namun sebagai perusahaan yang sudah ada sejak hampir 200 tahun lalu, Clarks dianggap merek yang menawarkan sepatu untuk orang-orang tua saja.

Rupanya beberapa orang masih belum tahu bahwa brand asal Inggris itu hadir lagi di Indonesia sejak akhir tahun lalu dengan konsep yang berbeda, dengan merangkul semua usia, tanpa meninggalkan nama besarnya.

Lalu seperti apa konsep baru tersebut? Mengapa Clarks berani membuka gerai kembali di Indonesia, bahkan banyak gerai rencananya?

Baca juga: Cerita di Balik Kembalinya Clarks ke Indonesia

Kompas Lifestyle mendapat kesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Guillaume Nagy, president Clarks untuk South East Asia dan Oceania, sebelum ia meresmikan gerai Clarks di Pondok Indah Mal beberapa waktu lalu. Berikut wawancaranya:

Kompas.com: Apa konsep baru yang dibawa Clarks saat kembali ke Indonesia, dan apa bedanya Clarks dulu dengan sekarang?

Guillaume Nagy, president Clarks untuk South East Asia dan Oceania.Kompas.com/Wisnubrata Guillaume Nagy, president Clarks untuk South East Asia dan Oceania.
Nagy: Apa yang kami lakukan di Indonesia adalah bagian dari strategi global dengan adaptasi spesifik pada pasar. Selama beberapa tahuh terakhir, terjadi banyak perubahan internal di Clarks.

Saya bergabung dengan Clarks Juni 2017, atau sekitar 1,5 tahun lebih, hampir dua tahun. Mandat yang saya dapatkan adalah melakukan transformasi dan menterjemahkan strategi baru perusahaan menjadi langkah-langkah yang spesifik menyesuaikan pasar.

Seperti yang kamu tahu, Clarks adalah brand yang ada di mana-mana, termasuk di Indonesia, orang mengenalnya. Tapi persepsi terhadap brand ini adalah old fashion. Orang tahu bahwa Clarks membuat sepatu yang nyaman dipakai, tapi kebanyakan penggunanya adalah dari usia tertentu.

Akibatnya orang-orang muda tidak terlalu tertarik pada Clarks. Dan itu adalah masalah yang kita hadapi secara global.

Dan akar dari masalah itu sebenarnya sederhana. Sejak tahun 2000 hingga 2015, brand ini tidak benar-benar melakukan inovasi. Kami fokus pada pembuatan sepatu yang nyaman tanpa memperhatikan bahwa konsumen berubah dan berevolusi, dan apakah produk yang kita buat adalah sepatu yang ingin dibeli konsumen.

Selama 15 tahun bisa dibilang kami agak terputus dari konsumen. Padahal beberapa brand lain mendapat kesuksesan setelah menempatkan konsumen sebagai fokusnya.

Dahulu kami selalu mendikte konsumen. Kami yang punya brand, maka kami akan menentukan apa yang sebaiknya dipakai pembeli. Kamu harus percaya pada kami.

Sedangkan konsumen muda jaman sekarang berpikir dengan cara berbeda: Saya memerlukan sepatu seperti ini. Jadi buatlah yang sesuai keinginan saya.

Itu adalah perbedaan yang sangat besar.

Dan Clarks memerlukan 10 hingga 15 tahun untuk memahami perubahan perilaku konsumen. Ini yang memberi dampak negatif pada penjualannya.

Kompas.com: Lalu perubahan apa yang dilakukan Clarks?

Nagy: Pada tahun 2015, ada perubahan kepemimpinan di perusahaan. Dan keluarga Clarks --Clarks adalah perusahaan keluarga-- untuk pertama kalinya melakukan pendekatan berbeda terhadap pasar, dengan kembali pada awal.

Selama hampir sekitar 200 tahun Clarks adalah salah satu brand pembuat sepatu tertua di dunia. Dan bila kita melihat sejarah perusahaan ini kamu akan melihat bahwa Clarks sebenarnya brand yang sangat inovatif.

Sejak dulu kami sudah membuat sepatu casual dan menentukan apa definisi sepatu casual itu. Ini berarti banyak sepatu buatan kita menginspirasi brand lain untuk memproduksi hal yang sama.

Ada juga beberapa teknologi yang berasal dari Clarks, misalnya sistem bantalan yang ada di sepatu agar nyaman dipakai, adalah ciptaan Clarks.

Banyak merek sepatu olahraga belum lahir saat Clarks menciptakan bantalan itu. Mesin pertama yang membuat produk bantalan adalah juga buatan Clarks.

Lalu jenis sepatu yang menyesuaikan bentuk kaki, adalah kreasi Clarks. Jadi banyak inovasi di bidang sepatu yang kita kenal saat ini sebenarnya berasal dari Clarks.

Jadi Clarks ikut membentuk industri sepatu yang kita lihat hari ini. Namun sedikit saja orang yang mengetahui tentang ini.

Bila kita mengunjungi pusat Clarks di Inggris, kita akan menemukan arsip-arsip terdiri dari 22.000 pasang sepatu. Dari arsip itu kita akan melihat berbagai inovasi dari Clarks yang sekarang kita temukan di pasaran.

Tapi inovasi-inovasi itu seakan terlupakan selama 15 tahun. Dan yang akan kita lakukan sekarang adalah membawa kembali semangat itu dalam perusahaan.

Strategi global untuk Clarks adalah menjadi kreatif. Ini tentang memiliki produk yang tepat, di tempat yang tepat, dengan harga tepat, di waktu yang tepat, menyasar kelompok konsumen spesifik, sesuai keinginan konsumen. Dan dalam kasus Indonesia, dengan harga yang pas juga.

Jadi kami membuat produk berbeda sesuai keinginan berbagai usia konsumen.

Koleksi sepatu Cloudsteppers by ClarksKompas.com/Wisnubrata Koleksi sepatu Cloudsteppers by Clarks
Kompas.com: Lalu mengapa harus menutup gerai hanya untuk membukanya kembali? Apakah konsep itu tidak bisa langsung dijalankan pada gerai yang ada?

Nagy: Salah satu problem yang kita hadapi di Indonesia adalah bahwa sebelumnya toko-toko Clarks di Indonesia dijalankan dengan cara kuno.

Artinya, saat kamu memasuki toko, kamu akan melihat sepatu-sepatu kami tidak dikelompokkan dalam grup yang berbeda atau harga berbeda, dan kebanyakan dijual dengan harga 10-15 persen lebih tinggi dibanding harga di Singapura.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com