Nagy lalu menunjukkan sepatu brogue yang dipakainya yang memiliki sol dari kulit.
Misalnya sepatu ini, ini solnya kulit. Tapi kita bisa menggunakan bahan kulit, kayu, atau karet tergantung di mana kamu akan memakainya. Perbedaan ini akan memunculkan perbedaan harga juga. Tapi kualitasnya akan tetap kami jaga.
Kompas.com: Saat ini penjualan merek-merek tertentu sepertinya menurun, karena orang berpaling pada produk lokal atau jenis sepatu lain seperti sneakers. Mengapa Clarks terlihat percaya diri membuka kembali toko-tokonya?
Nagy: Saya kira, kita bisa melihatnya dari perspektif yang berbeda. Bagi saya ini adalah tentang bagaimana memenuhi kebutuhan konsumen. Ini bukan sekedar menjual sepatu, namun juga membangun sebuah brand.
Saat kamu membangun sebuah brand, kamu harus memenuhi harapan konsumen, kamu harus membuat konsumen menginginkan produkmu.
Mengingat apa yang dialami Clarks sebelumnya di Indonesia, kami harus meyakinkan bahwa kami sekarang berbeda, dan lebih baik, selain itu pengalaman dan layanan yang didapatkan saat seseorang memasuki toko juga akan menjadi salah satu yang terbaik.
Inilah yang akan kamu lakukan sekarang untuk membangun kembali brand kami.
Seperti sebelumnya, kami rasa di masa mendatang, pasar juga akan terbagi-bagi. Ada banyak brand yang bisa ditemukan, baik brand lokal maupun impor. Kami yakin karena pertimbangan harga, mayoritas konsumen akan membeli brand lokal karena harganya lebih murah
Namun saat konsumen mulai dewasa, mereka juga akan mencari kualitas yang lebih baik. Ini bukan sekedar soal merek, tapi juga kenyamanan.
Saat kamu mengeluarkan seratus ribu rupiah untuk sepasang sepatu, kamu tidak bisa berharap itu akan bertahan lama. Tapi jika kamu membeli Clarks, saya bisa katakan bahwa dalam waktu tiga tahun, sepatu itu masih akan tetap bagus.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.