Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/03/2019, 09:39 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Antonia Baum, seorang psikiater swasta mengaku selalu menanyakan kebiasaan olahraga dari setiap pasiennya.

Selanjutnya, Baum mengaku berusaha menjaga kebiasaan olahraga dari si pasien, atau membantu mereka menemukan aktivitas yang bisa mereka nikmati.

“Kamu perlu menemukan pilihan yang paling berkelanjutan dalam urusan olahraga ini," kata dia.

Dalam sebuah survei yang dilakukan di tahun 2015, menunjukkan, mayoritas pasien depresi akan tertarik untuk mencoba program olahraga yang dirancang untuk memperbaiki meningkatkan suasana hati.

Rethorst lalu mempelajari studi itu untuk menyusun panduan bagi praktisi kesehatan mental tentang cara "meresepkan" olahraga.

Termasuk di dalamnya, jenis olahraga, frekuensi, intensitas, durasi, dan bagaimana membantu orang tetap mengikuti program tersebut.

Berapa banyak olahraga?

Dalam penelitian itu disarankan setidaknya 150 menit per minggu untuk aktivitas aerobik, seperti jalan kaki, jogging, atau pun bersepeda.

Selain itu, sejumlah penelitian lain mengungkap adanya dampak positif dari resistance training atau latihan dengan menggunakan berat badan (weight-based exercise).

Namun, bukti nyata dari dampak positif lebih banyak terlihat dari aktivitas aerobik.

"Praktik klinis yang optimal akan mencakup pemantauan gejala secara teratur, sama halnya dengan inisiasi rencana perawatan apa pun," kata dia.

Jika ditemukan gejala depresi yang kian memburuk, mungkin memerlukan perawatan yang berbeda atau tambahan.

Baca juga: Diet dan Olahraga yang Ampuh Atasi Depresi

Dengan kata lain, jangan hanya melakukan olahraga sebagai satu-satunya upaya pengobatan.

Sebab, jika olahraga ternyata tidak mendatangkan hasil yang memuaskan, maka kita akan berada dalam kondisi yang berisiko, karena tak memiliki alternatif penyembuhan lain.

Selain itu, perlu diingat pula, mempertahankan konsistensi berolahraga bukanlah perkara yang gampang.

Orang yang kehilangan semangat di tengah program adalah kabar yang lumrah terjadi.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com