Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Garam Laut "Versus" Garam Meja, Mana yang Lebih Sehat?

Kompas.com - 20/03/2019, 07:32 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Garam menjadi komponen penting untuk menambah cita rasa makanan.

Ada dua jenis garam yang biasa digunakan, yaitu garam meja dan garam laut. Lalu, apa perbedaan kedua jenis garam tersebut?

Umumnya, garam laut sama seperti garam himalaya yang lebih banyak mempertahankan kandungan mineral aslinya, yaitu magnesium dan kalium. Banyak orang berpikir garam laut lebih baik karena kandungan mineralnya.

Namun, para dokter di Mayo Clinic menyebut garam laut dan garam meja memiliki nilai gizi dasar yang sama. Keduanya juga memiliki jumlah natrium yang sama.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Environmental Science and Technology, garam laut tak hanya mengandung mineral tinggi.

Dalam banyak kasus, garam yang berasal dari evaporasi air laut ini juga mengandung limbah plastik karena banyaknya sampah plastik dan pencemar lainnya.

Oleh karena itu, sebagian besar garam laut mengandung partikel mikro plastik.

Semantara itu, garam meja atau yang dikenal dengan sebutan garam dapur diproduksi lewat tambang garam dan mengalami proses proses pengolahan.

Ini membuat garam meja lebih rendah kandungan mineral alaminya. Sejak tahun 1920, produsen garam meja juga menambahkan yodium dalam garam olahan ini.

Yodium merupakan mineral penting untuk menjaga kesehatan tiroid. Lalu, apakah garam meja lebih baik untuk dikonsumsi?

 Baca juga: Benarkah Garam Menyebabkan Tekanan Darah Tinggi?

Tak ada yang memiliki predikat terbaik dari kedua jenis garam ini dalam hal konsumsi. Sebaiknya, hal terbaik adalah melakukan moderasi alias tidak berlebihan dalam mengonsumsinya.

Batas aman konsumsi garam dalam satu hari adalah 1 sendok atau setara dengan 6 gram. Batasan tersebut merupakan standar yang ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO).

Namun, batasan tersebut hanya berlaku jika kita dalam kondisi sehat dan tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau penyakit kronis.

Bagi penderita penyakit seperti penyakit jantung koroner, stroke, atau diabetes mellitus, sebaiknya menerapkan diet rendah garam.

Diet ini bertujuan untuk mengendalikan tekanan darah dan mencegah terjadinya penimbunan cairan (edema) yang sering kali terjadi pada pasien yang mengalami penyakit kronis.

Baca juga: Sulit Rem Nafsu Makan Manis dan Asin? Ikuti 5 Tips Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com