Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangan-tangan Difabel di Balik Cantiknya Batik Kultur

Kompas.com - 24/03/2019, 17:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Dea mencontohkan salah satu pekerja disabilitas di Batik Kultur, yaitu Idris Harahap, yang berperan sebagai fotografer.

Idris sebelumnya memiliki anggota tubuh yang normal. Namun, ia yang saat itu bekerja sebagai tukang bangunan mendapatkan musibah tersengat listrik hingga terpaksa kehilangan kedua tangannya.

"Aku bayangin, kalau itu terjadi pada aku, aku tidak yakin bisa sekuat dia. Jadi aku harus melakukan apapun untuk mengakomodasi mereka yang mau terus belajar," kata Dea.

Salah satu koleksi busana Batik Kultur by Dea Valencia yang ditampilkan pada peragaan busana perdananya di Kaca Coffee & Eatery, Sudirman, Jakarta Pusat, Sabtu (23/3/2019).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Salah satu koleksi busana Batik Kultur by Dea Valencia yang ditampilkan pada peragaan busana perdananya di Kaca Coffee & Eatery, Sudirman, Jakarta Pusat, Sabtu (23/3/2019).
Selama delapan tahun merintis bisnis, Dea merasa titik awal adalah momentum paling sulit.

Terutama bagaimana ia mengorbankan waktu-waktu luangnya pada masa kuliah untuk sesuatu yang bermanfaat. Apalagi, Dea memulainya sangat dini, yaitu di sekitar usia 17 tahun.

"Dulu usia 17 sampai 20 tahunan ada main-main sekarang kebanyakan orang kerja serius. Saya kebalik, dulu jarang main sama teman tapi istilahnya saya sudah mulai duluan (kerja) sehingga sudah seperti sekarang," kata Dea.

Batik segala usia 

Pada sesi Grand Opening, Dea Valencia menampilkan 30 koleksi ready to wear yang terdiri dari 6 mini collection busana wanita dan pria untuk segala usia serta bentuk tubuh.

Tak hanya deretan busana batik formal, Dea juga menampilkan batik dengan desain-desain kasual modern.

Baca juga: Dokumentasi Batik Luar Kraton dalam Buku Batik Sudagaran Surakarta

Pada dasarnya Dea ingin memberi pesan bahwa batik bisa digunakan oleh siapa saja dan dalam segala kesempatan. Sebab saat ini masih banyak orang-orang yang belum suka menggunakan batik karena dianggap terlalu formal dan kaku.

Salah satu koleksi busana Batik Kultur by Dea Valencia yang ditampilkan pada peragaan busana perdananya di Kaca Coffee & Eatery, Sudirman, Jakarta Pusat, Sabtu (23/3/2019).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Salah satu koleksi busana Batik Kultur by Dea Valencia yang ditampilkan pada peragaan busana perdananya di Kaca Coffee & Eatery, Sudirman, Jakarta Pusat, Sabtu (23/3/2019).

Motif burung-burungan dan flora tampak mendominasi koleksi busana batik karya perempuan berusia 25 tahun itu. Motif-motif kesukaannya tersebut dituangkan pada kain bersiluet sederhana dan dibubuhkan melalui penempatan yang unik.

Agar tampilan keseluruhan tak tampak berat, Dea banyak mengkombinasikan kain dengan bahan lainnya, seperti brokat atau katun bordir.

Adapun batik yang digunakan berasal dari beberapa daerah, misalnya Solo dan Pekalongan.

"Batik kadang kalau penuh tampak terlalu berat dan formal. Jadi hampir semua kombinasi," ucapnya.

Aplikasi payet sederhana juga dilakukan oleh Dea untuk memberi efek sedikit berkilau. Sebanyak 30 koleksi busana Batik Kultur secara umum dibagi menjadi dua palet warna, yaitu terang dan gelap.

Warna terang terinspirasi dari warna-warna batu permata.

Sosok pengusaha muda Dita Soedardjo pun dihadirkan sebagai 'muse' peragaan busana perdana Batik Kultur.

Dita tampil mengenakan dress batik bernuansa hitam dan biru muda, dengan motif sulur-sulur bunga menghiasi bagian dada dengan cantik.

Jiwa sosial Dita dinilai sejalan dengan visi Batik Kultur. Selain itu, cucu Kartini Muljadi itu dianggap mampu merepresentasikan busana batik yang modern dan muda, sesuai dengan nafas milenial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com