KOMPAS.com - Lelah, lesu, sulit berkonsentrasi dan berpikir jernih kerap terjadi saat kita tak bisa tidur dengan nyenyak.
Dalam jangka panjang, sulit tidur nyenyak juga berpengaruh pada fungsi otak.
Menurut ahli saraf dan spesialis obat tidur Winnie Pao, sulit bagi kita untuk memiliki derajat kesehatan yang baik jika kualitas tidur buruk.
"Ini seperti kita mengajukan kredit di bank. Jika sering mengajukan kredit tanpa melunasinya, maka kita tak bisa membayar bunganya," ucapnya.
Tidur sangat penting untuk kesehatan otak dan tubuh. Sayangnya, survei dari National Sleep Foundation (NSF) tahun 2018 menunjukkan hanya 10 persen orang dewasa yang memprioritaskan tidur di atas aspek-aspek, seperti pekerjaan dan hobi.
Riset membuktikan, gangguan tidur seperti insomnia dan sleep apnea berisiko pada penyakit jantung, tekanan darah tinggi, obesitas dan diabetes tipe 2 yang lebih tinggi.
Baca juga: Tak Perlu Obat Tidur, Ini Cara Mudah Atasi Insomnia
Gangguan tidur akibat sleep apnea juga berefek buruk pada otak. Riset yang dilakukan terhadap 208 orang berusia 55 hingga 90 tahun dengan kognitif normal telah membuktikan hal ini.
Sleep apnea dikaitkan dengan peningkatan penanda beta-amyloid, sebuah fragmen protein yang terdiri dari penumpukan otak amiloid di otak penderita alzheimer.
Akumulasi beta-amiloid terjadi pada tahap awal alzheimer tetapi tidur yang cukup diyakini membantu membersihkan beta-amiloid dari otak.
Temuan ini membuktikan bahwa sleep apnea dan gangguan tidur lainnya menyebabkan alzheimer atau demensia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.