Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/03/2019, 17:36 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kabar buruk bagi para penggila kerja. Pasalnya riset terbaru, menemukan dampak buruk bekerja terlalu keras untuk kesehatan mental.

Riset baru yang diterbitkan dalam Journal of Epidemiology & Community Health membuktikan bekerja terlalu lama dapat merusak kesehatan mental.

Riset ini dilakukan dengan menganalisis data dari Understanding Society, Studi Longitudinal Rumah Tangga Inggris (UKHLS), dengan melacak kesehatan sekitar 40.000 rumah tangga di Inggris.

Dalam riset ini, peneliti menggunakan data lebih dari 23.000 pria dan wanita, termasuk data tentang pekerjaan peserta riset.

Hasil analisis data membuktikan, wanita yang bekerja 55 jam atau lebih setiap minggu, dan tetap bekerja setiap akhir pekan atau kombinasi keduanya, memiliki kesehatan mental paling buruk.

Perbedaannya sangat signifikan jika dibandingkan dengan wanita yang bekerja dengan jam standar, yaitu 35 hingga 40 per minggu. Peneliti juga menemukan perbedaan mendasar antara pria dan wanita.

Pada umumnya, pria cenderung bekerja lebih lama daripada wanita. Selain itu, hampir setengah wanita dalam riset bekerja paruh waktu dan hanya 15 persen pria yang melakukannya.

Dari data juga diungkap, pria yang sudah menikah cenderung memiliki jam kerja yang lebih lama.

Ini berbeda dengan wanita, yang justru memiliki jam kerja lebih sedikit ketika telah berstatus sebagai istri.

Menurut hipotesis peneliti, wanita cenderung bekerja lebih lama jika mereka bekerja di bidang yang didominasi pria.

Temuan peneliti juga mengungkap, mereka yang tetap bekerja di akhir pekan biasanya berprofesi di bidang jasa dengan upah yang rendah.

Menurut pemimpin riset, jenis pekerjaan tersebut, ketika dikombinasikan dengan interaksi yang sering atau kompleks dengan publik atau klien, terkait dengan tingkat depresi yang lebih tinggi.

Peneliti menyadari perempuan sering kali memiliki "potensi beban ganda" ketika melakukan tugas rumah tangga dan merawat anggota keluarga.

Jenis pekerjaan ini tidak dibayar dan menambah beban kerja mereka di seluruh sektor.

Namun, ada beberapa faktor yang nampak mempengaruhi kesehatan mental, baik bagi pria atau wanita.

Baca juga: Depresi pada Usia 20-an Tahun Picu Penurunan Ingatan Ketika Usia 50-an

Pekerja dengan usia lebih tua, memiliki gaya hidup merokok, penghasilan rendah dan memiliki kendali paling sedikit dalam pekerjaan, cenderung merasakan tekanan lebih besar dalam pekerjaan mereka dibandingkan pekerja lainnya.

Depresi klinis adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang paling umum. Ini memiliki beberapa faktor penyebab, yang mencakup riwayat depresi keluarga, perubahan besar dalam hidup, trauma, stres, dan penyakit fisik tertentu.

Gejala-gejala depresi bisa meliputi kesedihan yang terus-menerus, perasaan putus asa dan bersalah, kehilangan minat pada hobi, dan gangguan tidur.

Maka bukan hal mengherankan mereka yang bekerja berjam-jam atau bekerja selama akhir pekan mengalami beberapa stres terkait pekerjaan, yang bisa menjadi pemicu depresi.

Menurut peneliti, riset sebelumnya mendapati pekerjaan rumah tangga dan merawat anggota keluarga, yang notabene tanpa bayaran, adalah salah satu pemicu depresi.

Selain itu, wanita bekerja dengan durasi lebih lama dari pria, juga memunculkan masalah kesehatan fisik. Riset ini memang belum menemukan penyebabnya.

Namun, hasil temuan ini bisa dijadikan pertimbangan untuk membuat kebijakan agar para pegawai tidak diharuskan bekerja dalam waktu yang terlalu lama.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com