Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pasutri Asal Bandung, Bikin Sepatu hingga Raih Omzet Miliaran

Kompas.com - 26/03/2019, 10:10 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com  - Tahun 2009, merek lokal premium tengah menggeliat di Indonesia. Terutama produk denim.

Saat itu, apa pun yang berbau denim, sangat diminati. Termasuk hal-hal yang berdekatan dengan denim, seperti sepatu/bot kulit.

Kondisi ini menggelitik dua mahasiswa tingkat akhir Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prima Rahadiantara Subakti, dan Wafi.

Mereka melihat ada peluang besar di sepatu/bot leather. Apalagi saat itu, masih sedikit brand lokal yang mampu bersaing dengan merek internasional.

“Kami lalu riset produk dan craftmanship. Akhirnya kami membentuk Txture sebagai solusi atas problem tersebut."

"Menciptakan leather shoes dan bot yang berkualitas baik,” ujar Prima kepada Kompas.com.

Baca juga: Txture, Sepatu Kualitas Dunia dari Kota Kembang...

Pria yang akrab disapa Joe ini mengaku -awalnya, tidak mengeluarkan modal dalam bisnisnya. Sebab pertama kali dibentuk, Txture menggunakan sistem pre-order.

Joe bekerja sama dengan beberapa perajin yang terpilih menggunakan sistem freelance.

Begitu pun untuk material, ketika ada order, barulah Joe akan bernegosiasi dengan pihak toko untuk melakukan sistem pembayaran secara mundur.

“Semua cashflow kami jaga sedemikian rupa, 'meminimalisir' fixed cost, dan menggantinya dengan variable cost,” ucap dia. 

Jatuh bangun

Proses produksi sepatu Txture di workshop yang terletak di perumahan di kawasan Kopo, Bandung. Aldo C.S. Proses produksi sepatu Txture di workshop yang terletak di perumahan di kawasan Kopo, Bandung.

Perlahan namun pasti, Txture berkembang. Kini, Txture dikenal sebagai salah satu sepatu handwelted construction yang menyasar kelas premium asal Bandung.

Sepatunya Txture pun kian diburu konsumen. Seperti saat Txture merilis empat artikel di sebuah pameran di Jakarta pada tahun 2011 silam.

Hanya dalam waktu sekejap, sepatu yang dibanderol mulai harga Rp 1,85 juta itu laris manis.

Bahkan, tak hanya empat artikel itu, varian lain pun selalu laku terjual. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com