Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imaji Perjalanan Ferdinand Magellan dalam Dendang Melayu di Portugal

Kompas.com - 27/03/2019, 10:17 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Setelah menjelajahi tiga perempat dunia, pelaut Portugal Ferdinand Magellan akhirnya menemui ajal dalam pertempuran melawan suku asli Filipina di Pulau Mactan pada 27 April 1521.

Ekspedisi mengelilingi dunia Ferdinand Magellan tahun 1519-1521 itu, tak lepas dari peran peran Panglima Awang.

Dia adalah navigator dan penerjemah Magellan, yang juga dikenal dengan nama Enrique.

Kisah perjalanan Magellan dan Enrique ini membawa kedekatan khusus antara Bangsa Portugis dan Indonesia sebagai bagian dari rumpun Melayu.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pelaut Ferdinand Magellan Tewas di Filipina

Imaji perjalanan panjang itu pun muncul ketika karya musik “Awang Menunggang Gelombang” dipertontonkan di Academia Almadense, Almada, Portugal, Minggu (24/3/2019) lalu.

Sebuah lukisan wajah Ferdinand Magellan yang dibuat pada abad ke-16. Tak diketahui pembuat lukisan ini.Wikipedia Sebuah lukisan wajah Ferdinand Magellan yang dibuat pada abad ke-16. Tak diketahui pembuat lukisan ini.

Adalah Riau Rhythm, kelompok musik dari Kota Pekanbaru, Riau, yang tampil memukau dengan memadukan unsur musik folklore tradisi melayu dengan alat musik barat.

Tak sembarang bermain, kelompok ini sebelumnya mengumpulkan informasi sejarah, baik lisan maupun tulisan, kemudian menuangkan ide gagasan yang ada ke dalam karya musik.

Jang Si Bono–Pencalang” menjadi repertoire pertama yang disuguhkan untuk membuka konser itu.

Karya tersebut menceritakan tentang fenomena arus pasang pada saat bulan purnama, yang bagi masyarakat Riau disebut Bono.

Baca juga: Batik, Kuliner, dan Foto Indonesia Terbang ke Porto, Portugal

“Ini pertama kalinya saya menyaksikan pertunjukan musik Melayu yang membuat saya tak ingin beranjak."

"Saya terus dibikin penasaran  dengan repertoire berikutnya," kata Tania Mendes, musisi yang juga menjadi anggota kelompok gamelan Yogistragong di Lisbon.

Riau Rhythm juga memainkan musik folklore Portugis Ó malhão- malhão yang membuat semua penonton bertepuk tangan.

Penampilan itu menjadi terasa amat memukau, karena musik Portugis itu dimainkan dengan alat musik Gambus Selodang, khas Melayu Riau.

.DOKUMENTASI KBRI LISBON .

Direktur Academia Almadense, Vitor Pinto Claro, mengatakan konser ini merupakan kegiatan ketiga yang bertema Indonesia di tempat itu.

Tahun lalu, kata Claro, Academia Almadense menampilkan pertunjukan musik gamelan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com