KOMPAS.com - Kecanduan pornografi adalah masalah yang biasanya berkembang di kalangan pria.
Ironisnya, dalam kadar tertentu, masalah ini bisa berdampak pada karir dan bahkan mengacaukan moral.
Laporan yang dirilis laman Huffington Post di tahun 2017 menyebutkan, situs porno paling banyak dikunjungi daripada situs tenar lain, seperti Netflix, Amazon, dan Twitter.
Berdasarkan statistik Pornhub Analytics, tahun 2018 sebesar 5,5 juta jam lebih telah dihabiskan banyak orang, untuk mengunjungi situs tersebut.
Perkembangan teknologi memang mempercepat dan mempermudah akses terhadap konten pornografi.
Menurut psikolog Luke Vu, kecepatan dan kemudahan akses ke realitas virtual pornografi membuat banyak pria bisa mengatur sendiri keinginan seksualnya.
Baca juga: Pornografi Membuat Anak Menganggap Rendah Perempuan
Dia menyebut, kecanduan pornografi sebagian besar disebabkan oleh efek negatif internet dan tidak bersifat turun temurun.
Vu juga mengatakan, penyalahgunaan pornografi di internet sebagian besar disebabkan oleh teknologi.
"Gratis, mudah diakses, dan tentu saja alasan 'tidak ada yang tahu kamu menggunakannya'," ucap Vu.
Pornografi pada 1990an dan awal 2000an lebih sulit diakses. Seseorang harus pergi ke toko video atau membeli DVD porno -misalnya.
"Ini berarti kamu harus mengelola keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual," ucap dia.
Namun, akhir-akhir ini, nampak jelas teknologi telah mengubah cara masyarakat mengonsumsi konten pornografi.
“Saya pikir kaum muda hari ini dan laki-laki di masa depan akan belajar untuk mengatur sendiri penggunaan pornografi, mengingat virtual reality (VR) porno dengan cepat menjadi lebih mudah diakses," ucap dia.
Lalu, bagaimana cara mengidentifikasi kita kecanduan pornografi?
Vu mengatakan, "kecanduan" seringkali dianggap hal yang berbeda bagi publik dan psikolog.