Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cermati, Problem Kecanduan Pornografi dan Sederet Risikonya

Kompas.com - 27/03/2019, 21:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber DMarge

Semakin lama penanganan maka semakin susah untuk mengatasi kecanduan ini.

Mereka yang telah mengonsumsi pornografi secara berlebihan cenderung mengabaikan hubungan pribadi, karena melengkapi hubungannya melulu dengan hubungan seksual.

Kondisi ini kemudian mengarah pada masalah dalam hubungan atau perceraian.

Di bidang karir, kata Vu, kecanduan pornografi mempengaruhi kinerja karena seseorang cenderung menghabiskan waktu untuk mencari konten-konten yang dianggap "sempurna".

Bahkan, banyak kasus pekerja dipecat karena kecanduan pornografi.

Penggunaan pornografi belebihan juga memiliki konsekuensi unik. Bagi sebagian besar orang, minat seksual mereka bisa berubah karena hal ini.

Ini akan mengarah pada hal buruk. Efek ini, kata Vu, membuat orang yang kecanduan tadi selalu ingin mencari konten porno yang tidak selaras dengan nilai-nilai dalam diri, atau yang lebih buruk, dianggap ilegal.

Baca juga: 10 Tips Agar Ereksi Makin Kuat

Risiko kecanduan pornografi

Efek paling berbahaya saat kecanduang pornografi adalah pengaruhnya di dunia nyata.

Mereka yang telah kecanduan mungkin mengalami kesulitan untuk terangsang secara psikologis dan fisik dengan kehidupan seksual yang sebenarnya.

Ini merupakan suatu kondisi yang sering disebut sebagai disfungsi ereksi terinduksi pornografi.

“Terkadang disfungsi seksual disebabkan oleh kecemasan dan perbandingan mental yang konstan dengan pornografi yang mereka konsumsi," ucap Vu.

Menurut Vu, hal ini juga disebabkan oleh desensitisasi kronis dari teknik masturbasi yang agresif, dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai 'sindrom kematian-grip'.

Lalu, bagaimana cara mengontrol otak agar keluar dari kecanduan pornografi?

Menurut Vu, selalu ada cara untuk menghentikan kecanduan pornografi.

"Pola otak bisa berubah dan kita selalu dapat menghentikan kebiasaan lama dan membentuk kebiasaan baru dan lebih sehat," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com