Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Koktail "Jagung Bakar" Menuju Kompetisi Dunia di Glasgow...

Kompas.com - 05/04/2019, 09:27 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Seorang lelaki tinggi kurus dengan tato bergambar gelas anggur di lengan kanannya terlihat sibuk mempersiapkan sejumlah peralatan di balik bar di restoran Hakkasan, Jakarta, sore itu.

Di sekitarnya, ada sejumlah orang yang juga berpakaian serba hitam, ikut membantu mempersiapkan gelas-gelas serta sejumlah botol minuman. 

"Kita akan pakai ini," kata lelaki itu sambil mengangkat selembar papan kayu dan meletakkannya di sisi paling atas dari meja bar.

Kayu berwarna dasar terang itu sudah gosong terbakar pada bagian tengahnya. Ukuran kayu itu kira kira 30x15cm.

"Ini kayu kopi, saya akan membakarnya, lalu menutup bekas bakaran itu dengan gelas ini, supaya aroma bakar tertinggal di dalam gelas," kata dia.

Pembakaran kayu kopi untuk mendapatkan aroma bakar pada gelas yang akan menampung koktain corn and pepper karya Richard Charles dari resto Hakkasan. KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Pembakaran kayu kopi untuk mendapatkan aroma bakar pada gelas yang akan menampung koktain corn and pepper karya Richard Charles dari resto Hakkasan.

Lelaki itu adalah Richard Charles, Bar Manager Hakkasan Indonesia.

Dia adalah salah satu dari 30 semifinalis World Class Competition, yang akan bersaing merebut satu tiket ke Glasgow, Skotlandia, September 2019.

Kompetisi ini digelar oleh Diageo, produsen berbagai minuman alkohol seperti Johnnie Walker, Crown Royal, Bulleit and Buchanan’s, hingga Smirnoff dan Baileys.

Sore itu, Richard mempresentasikan kreasi koktail dengan bahan dasar Bulleit Bourbon yang akan dibawa dalam kompetisi dunia tersebut.

Koktail adalah istilah untuk minuman beralkohol yang dicampur dengan bahan-bahan lain yang beraroma. 

"Ide saya menggunakan bahan lokal, makanan tradisional. Semua orang tahu jagung bakar," kata dia.

Bulleit bourbon dari Diageo, bahan dasar koktail corn and pepper karya Richard Charles di Hakkasan Indonesia. KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Bulleit bourbon dari Diageo, bahan dasar koktail corn and pepper karya Richard Charles di Hakkasan Indonesia.

Dalam kreasi ini, Bulleit Bourbon dipadukan dengan racikan brem putih, kombinasi lada, serta aroma bakar dari kayu kopi tadi.

Hasilnya, minuman kreasi Ricard yang diberi nama "corn & pepper" itu terasa unik, ada aroma bakar yang berpadu dengan cita rasa rempah, tanpa meninggalkan kecapan khas bourbon.

"Ini enak ya, gak terlalu strong rasanya, aroma bakarannya juga kerasa banget, ada kaya rasa jamunya," kata salah satu jurnalis yang juga mencicipi racikan itu.

Kreasi dan kompetisi

Richard Charles sedang berkreasi di balik bar untuk membuat racikan koktail di restoran Hakkasan, Jakarta.KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Richard Charles sedang berkreasi di balik bar untuk membuat racikan koktail di restoran Hakkasan, Jakarta.

Brand ambassador Diageo Wawan Kurniawan mengatakan, kreasi yang menggunakan bahan khas Nusantara, dalam kompetisi inimemang amat disarankan.

"Basic spirit-nya memang memakai produknya Diageo, minimal 50ml dari 90ml harus produk Diageo, selebihnya boleh pake ingredient apa aja," kata Wawan.

"Nah, untuk ingredient lainnya mereka diharapkan menggunakan ingredient yang homemade."

Perpaduan Ingredient homemade tersebut, kata Wawan, yang kemudian akan dinilai.

Menurut Wawan, berdasarkan pengalaman yang lalu, kualitas bartender Indonesia tidak kalah dengan bartender dari negara lain.

Baca juga: Mengatasi Perut Buncit akibat Kebanyakan Alkohol

"Bahkan keunikan cita rasa Indonesia dengan perpaduan bahal lokal menjadi ciri khas dan keunggulan," kata dia.

Namun, kata Wawan, satu kelemahan yang selama ini ditemukan pada bartender Indonesia adalah keterbatasan dalam berbahasa Inggris.

"Kita kalah pede, begitu bahasa Inggris tak terlalu menguasai, kalah dengan mereka yang dari Eropa, Australia, Kanada, mereka pede semua waktu presentasi."

"Kita biasa kepentoknya di situ, makanya dalam kompetisi ini mereka harus presentasi minuman mereka dalam bahasa Inggris," ungkap Wawan.

Wawan menjelaskan, dari 30 semifinalis yang ada sekarang, akan diseleksi hingga akhir April 2019, untuk mendapatkan delapan besar.

"Nanti delapan besar itu akan berkompetisi secara live di Bali, pada pertengahan Mei, untuk mendapatkan tiga besar, dan lalu menentukan satu juara yang akan berangkat ke Skotlandia," kata Wawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com