Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penguburan Ramah Lingkungan, Alternatif Biaya Permakaman yang Mahal

Kompas.com - 05/04/2019, 18:54 WIB
Retia Kartika Dewi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masyarakat China mulai tertarik melakukan penguburan ramah lingkungan dengan cara menguburkan guci berisi abu kerabatnya di permakaman ramah lingkungan di daerah Tianshou, pinggiran Beijing.

Dilansir dari The Guardian, proses pemakaman ini cukup unik, karena para keluarga mengendarai mobil golf yang dibuat menyerupai mobil jenazah. Mereka juga tidak memerlukan peti mati untuk mengurangi lahan permakaman.

Dalam pemakaman ramah lingkungan ini, keluarga menyebarkan kelopak bunga di atas sebidang kecil rumput dengan guci yang bisa terbiodegradasi berisi abu kerabat mereka yang dikuburkan.

Area yang dikhususkan untuk permakaman ramah lingkungan ini bisa memuat lebih dari 2.000 guci yang terkubur berlapis-lapis di tanah, tanpa ada plot khusus yang digambarkan.

Sementara, luas area yang sama hanya akan menampung sekitar 500-600 plot kuburan tradisional.

Baca juga: Uniknya Pemakaman Hewan Kesayangan di Pondok Pengayom Satwa Ragunan...

Pemerintah China juga berusaha untuk mempromosikan permakaman ramah lingkungan ini ke beberapa kota yang kehabisan tanah untuk menguburkan orang mati, karena harga tanah kuburan yang terus melambung.

Mirisnya, harga tanah kuburan ini seringkali melebihi harga per meter persegi sebuah apartemen. Bahkan, ada pepatah: "Tidak mampu mati, tidak mampu untuk dimakamkan".

Sementara itu, kuburan-kuburan di seluruh China dipenuhi dengan orang-orang yang memberi penghormatan kepada leluhur mereka pada perayaan Festival Penyapu Makam atau Qingming Jie yang jatuh pada hari ini, Jumat (5/4/2019).

Mereka merawat kuburan leluhur mereka dan meninggalkan persembahan makanan dan melakukan doa-doa, seperti membakar dupa dan meninggalkan uang kertas.

Dibandingkan di kuburan tradisional, mayoritas keluarga akan berlutut di permakaman. Kebanyakan warga China memilih permakaman alternatif yang lebih murah.

Operator permakaman pribadi, Tianshou Yuan menawarkan layanan penguburan ramah lingkungan secara gratis selaras dengan Biro Urusan Sipil Setempat.

Di tengah tradisi pemakaman dengan cara dikubur ini, ada juga yang mulai meminta permakaman ramah lingkungan. Sehingga, tren penguburan ramah lingkungan ini mulai muncul.

"Penerimaan masyarakat terhadap permakaman ramah lingkungan meningkat. Pada awalnya, orang-orang sangat ulet, namun setelah dua tahun digencarkan, setiap tahun ada orang yang ingin ambil bagian di dalamnya," ujar Direktur Pemasaran dan Perencanaan di Tianshou, Sun Ying.

"Saya yakin di masa depan akan semakin banyak orang yang ikut bergabung dengan cara penguburan yang hemat lahan ini," kata dia.

Polemik harga lahan yang tinggi

Perlu diketahui, prosesi pemakaman ramah lingkungan ini banyak digemari karena tidak membutuhkan biaya yang tinggi.

Padahal, pemeliharaan kuburan atau merawat leluhur merupakan tindakan kesalehan atau bakti kepada leluhur mereka.

Para pelaku urbanisasi China mengungkapkan bahwa keluarga yang pernah menguburkan kerabat mereka di plot keluarga dekat rumah mereka kini tidak lagi memiliki ruang.

Muncul spekulasi bahwa orang-orang akan membeli plot kuburan terlebih dahulu untuk mengantisipasi harga lahan akan lebih tinggi nantinya atau mereka bisa jual bidang tanah tersebut.

Oleh karena itu, plot permakaman sangat diminati, terutama di kota-kota besar seperti Beijing. Harga sebidang lahan untuk proses pemakaman, rata-rata lebih dari 14.000 dollar AS atau sekitar Rp 198,17 juta.

Sementara, plot kuburan tradisional di Tianshou, salah satu kuburan paling populer di Beijing, harganya mencapai 4.200-42.000 dollar AS atau sekitar Rp 59,4 juta hingga Rp 594 juta.

Mengetahui harga lahan yang begitu mahal, alternatif lain selain penguburan ramah lingkungan, masyarakat China membeli apartemen untuk menampung abu jenazah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com