Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mural di Pesawat F-28, Sebuah Harap untuk Indonesia...

Kompas.com - 13/04/2019, 15:00 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Rupanya keputusan mereka tepat. Sebab, dari 20 tim, terdapat empat tim yang memilki ide sama. Menggambar Bapak Dirgantara Indonesia, BJ Habibie.

Baginya, ini kali pertama ia melukis di media yang unik. Ketika ia mendapatkan informasi lomba mural di pesawat untuk memperingati HUT TNI, ia langsung mendaftarkan diri.

Bukan karena hadiahnya, tapi lebih untuk pengalaman pertama melukis di medium yang unik.

Waktu yang diberikan panitia saat itu dari pukul 9-17 WIB.

Hasilnya, pesawat F 28 hasil gambar anak bangsa itu pun menjadi lebih berwarna, unik, kreatif, dan cantik.

Baca juga: Trenggalek Semakin “Syantik” dengan Mural Para Pejuang

Budaya "pop culture"

Rifky mengatakan, gaya menggambarnya dipengaruhi budaya pop culture. Bukan hanya dirinya, street art yang sering ditemui juga terpengaruh budaya pop culture.

“Sekarang sudah kontemporer jadi tidak terpatok pada aliran apa. Cuma saya sendiri dipengaruhi pop culture.”

Terutama seni animax yang dilahirkan seniman Jepang, Takashi Musakami. Sebab sejak kecil, ia sudah akrab dengan kartun.

Mural jalanan

Lulusan SMA Pasundan 2 ini mengaku menyukai gambar sejak kecil. Namun ia mulai serius menekuni dunia lukis menginjak semester akhir SMA.

Ia pun mulai aktif melukis mural jalanan pada 2017. Ada beberapa jalanan yang sempat ia lukis baik dengan izin maupun tanpa izin.

Seperti di Pasir Kaliki dan Kebonjati Bandung. Di Kebonjati, ia mendapat pengalaman yang unik.

Baca juga: Lukisan Mural Hiasi Dinding Parapet Sungai Bengawan Solo

Saat itu, ia dan beberapa temannya melukis di sebuah rumah tua yang kosong.

“Pas lagi melukis, yang punya rumah datang. Dia nanya kenapa menggambar di situ dan sudah lapor pak RT belum. Lumayan kaget,” tuturnya.

Lalu ia dan teman-temannya mengatakan ingin memperindah tembok bangunan dan menimpa coretan-coretan yang kurang bagus.

Akhirnya mereka pun diizinkan menggambar. Namun tak berapa lama, rumah itu dirobohkan. Otomatis gambar yang sudah dibuat pun ikut hancur.

“Itu sudah risiko. Termasuk saat gambar yang kita buat ditimpa gambar orang lain. Saya juga pernah nimpa gambar orang lain, tapi seringnya mencari media lain yang masih kosong,” ungkapnya.

Biasanya, ia melukis mural pada siang hari. Untuk Bandung, hal tersebut aman-aman saja. Sebab orang Bandung lebih terbuka terhadap kreativitas.

Mereka tidak protes ketika melihat seniman mural menuangkan ide kreativitasnya di tembok. Bahkan terkadang tembok-tembok itu menjadi spot menarik untuk foto.

Kini, Rifky bekerja di bidang gambar juga. Baginya menggambar adalah passion serta salah satu cara dirinya mengekspresikan diri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com