KOMPAS.com - Menang dan kalah merupakan hal yang wajar dalam setiap kontestasi, termasuk pemilihan umum yang besok, Senin (17/4/2019) akan serentak digelar di Tanah Air.
Sebelum perhelatan akbar itu, banyak calon yang melakukan segala upaya di masa kampanye demi memenangi hati rakyat yang akan memilih mereka.
Tak jarang, para calon itu harus merogoh dalam sakunya untuk membiayai upaya tersebut, bahkan hingga merelakan banyak hartanya.
Di sisi lain, ambisi yang menggebu kerap memicu tekanan psikis pada mereka, terlebih saat mendapati kekalahan usai pemilu.
Bukan kabar baru tentunya jika ada calon yang mendadak menjadi terpukul secara mental, depresi, bahkan mengalami gangguan kejiwaan.
Baca juga: Mengenali Gejala Fisik Depresi
Kejadian semacam ini tak jarang terdengar pada penyelenggaraan pemilu-pemilu yang lampau.
Nah, bukan tak mungkin risiko itu pun masih akan menghinggapi para calon politisi yang gagal dalam pemilu 2019 ini.
Menanggapi hal tersebut Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Dr Soeharto Heerdjan, Laurentius Panggabean menguraikan pandangannya.
Dia mengatakan, ada ciri khusus yang ditunjukkan oleh calon yang mulai mengalami gangguan kejiwaan.
"Kalau ada perubahan makan, perubahan tidur, tadinya bisa tidur sekarang susah tidur."
"Atau, tadinya semangat ke mana-mana, jadinya tidak mau ke mana-mana, tadinya bisa makan sekarang gak mau makan, atau malah makan terus, itu gangguan."
Begitu kata Laurentius ketika ditemui di kantornya, Selasa (16/4/2019).
Dia lalu mengimbau kepada para calon, atau keluarga calon yang mendapati kerabatnya mengalami perubahan perilaku untuk segera berobat ke RSJ.
Baca juga: Depresi pada Usia 20-an Tahun Picu Penurunan Ingatan Ketika Usia 50-an
Langkah tersebut penting, demi mendapat pertolongan. Sebab, jika kondisi semacam itu terus dibiarkan, maka gangguan akan semakin parah dan berlangsung lama.
Bahkan, Laurentius menyebutkan, gangguan itu bisa berubah menjadi gangguan jiwa berat.