Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/04/2019, 11:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber DMarge

KOMPAS.com - Roti putih menjadi salah satu makanan yang dianggap musuh besar, terurama bagi mereka yang ingin mempertahankan bentuk tubuh ideal. Padahal, roti faktanya tidak sejahat itu.

Pelatih gizi Graeme Tomlinson menuturkan, banyak orang yang ingin mencapai berat badan ideal mulai mengeliminasi roti dari daftar makanan yang dikonsumsinya atau setidaknya memilih konsumsi roti gandum.

Namun, menurut dia, dalam hal energi sebetulnya tidak ada perbedaan antara roti putih dan gandum.

Roti gandum memang mengandung lebih banyak serat dan diasumsikan lebih mengenyangkan, namun sebaiknya kita menghitung total jumlah kalori yang dikonsumsi secara lebih holistik.

"Sebab roti jarang dikonsumsi sendiri," kata Tomlinson.

Tomlinson meyakini makanan pendamping roti berperan besar dalam menentukan jumlah kalori.

Ia mendemonstrasikan dengan meletakan dua lembar roti, satu roti putih dan satu roti gandum, dengan berat masing-masing 40 gram.

Kemudian, ia mengoleskan selai jeli kacang pada kedua roti. Kalori keduanya langsung berlipat ganda, menjadi sekitar 95-330 kalori.

Seketika, perdebatan soal kalori tidak lagi bergantung pada warna roti melainkan cara konsumsi roti.

Baca juga: Di Balik Lezatnya Kombinasi Lemak dan Karbohidrat

Ketika kalori berlipat ganda, apakah itu salah dari roti? Tidak.

"Meski tidak tampak signifikan, selai lah yang membuat kalori makanan tersebut melonjak. Sementara kita sering menganggap roti itu sendiri sebagai makanan yang menyumbang banyak kalori," kata Tomlinson.

Cara terbaik menilai roti adalah dengan menghitung kalorinya sendiri atau sebagai variabel kalori tunggal.

Menurut grafik Tomlinson, selai kacang menjadi variabel kalori berikutnya. Variabel ini mengandung kalori lebih tinggi.

Menurut ahli gizi yang akun media sosialnya telah diikuti oleh 400 ribu lebih orang tersebut, model variabel kalori ini adalah sesuatu yang seharusnya diaplikasikan oleh banyak pegiat kebugaran sebagai pola makan yang rasional.

Memahami konsep ini bisa membantu orang-orang memberi jarak diri mereka dari penghitungan jumlah kalori makanan yang tak beralasan, sementara makanan itu sebetulnya bisa dijadikan sumber energi seperti makanan lainnya.

Halaman:
Sumber DMarge
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com