KOMPAS.com - Bagi banyak orang, menentukan pilihan fesyen berdasarkan warna dan cerita di baliknya, merupakan hal yang menarik dan juga penting.
Tak jarang, demi mendapatkan apa yang diidam-idamkan mereka rela merogoh kocek lebih dalam.
Terlebih, jika barang tersebut dilabeli istilah "limited edition" atau dilekatkan pada kisah tertentu, maka -biasanya, harganya akan lebih mahal dari barang sejenis yang "biasa".
Memang, tak melulu soal menghamburkan uang. Sebab, tak jarang barang-barang semacam itu dapat dijual kembali dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Sebutlah fenomena sneaker Air Jordan I dengan sederet varian warna yang ditawarkan dengan berbagai cerita di baliknya.
Meski model dan spesifikasi material sama, namun harga yang satu dan yang lain bisa terpaut amat jauh.
Uniknya, varian-varian "terbatas" dengan harga selangit tersebut tetap memiliki peminat yang amat banyak.
Baca juga: Air Jordan 1 Rookie of the Year, Inspirasi dari Warna Jaket MJ 1985
Harganya pun seketika bisa melambung melebihi harga aslinya, ketika toko resmi sudah kehabisan stok.
Hal yang sama juga terjadi di tengah komunitas pecinta jam "tahan banting" G-Shock.
Contoh kecil saja. Di pasaran seri ikonik DW5600 yang merupakan kreasi pertama G-Shock dari sang penemu Kikuo Ibe, bisa dibeli "hanya" seharga Rp 1 juta bahkan kurang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.