BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan MILO

Amankah Jajanan Anak Anda? Baca Ini untuk Cari Tahu

Kompas.com - 30/04/2019, 15:46 WIB
Hotria Mariana,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jajanan anak bak raja di sekolah. Di mata anak, apapun jenisnya, jajanan sekolah biasanya dapat mengalahkan makanan yang dibawa dari rumah.

Cilok, es limun, bahkan kadang es sirop yang tidak jelas mereknya, apalagi gizi dan higienitasnya, tetap menjadi pilihan anak ketimbang bekal makanan yang dibawanya dari rumah.

Sebutlah Iqbal (10), satu dari jutaan anak yang selalu membawa bekal buatan ibunya. Lantaran jajanan itu, Iqbal jarang menghabiskan bekalnya.

Nafsu Iqbal untuk menikmati bekal makannya kalah oleh jajaran jajanan pinggir jalan di sekolahnya.

Kebiasaan inilah yang kerap membuat para orang khawatir. Pasalnya, banyak jajanan di luar sana tidak aman dari segi higienitas.

Hal tersebut dibuktikan oleh temuan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok yang dimuat dalam berita Kompas.com, Kamis (13/12/2018).

Dinkes Kota Depok melakukan pengujian Panganan Jajan Anak Sekolah (PJAS) terhadap bakteri air atau escherichia coli (E-coli) ke-40 sekolah dasar di kota tersebut.

Hasilnya, sebanyak 34 jenis makanan yang disukai anak-anak terkontaminasi bakteri E-Coli.

Selain itu, jajanan lainnya seperti minuman juga tak sedikit yang ditemukan mengandung kadar gula yang tinggi.

Padahal, menurut anjuran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dilansir dari depkes.go.id, Senin (30/10/2017), batasan konsumsi gula yang baik tidak lebih dari 50 gram atau empat sendok makan per harinya.

Sementara itu, dilansir Live Strong, Kamis (21/3/2019) dijelaskan, terlalu banyak mengonsumsi gula dapat meningkatkan risiko kenaikan berat badan dan memicu gigi berlubang.

Namun sayangnya mereka belum menyadari dampak buruk dari terlalu seringnya mengonsumsi makanan atau minuman tinggi gula. Maka dari itu, dibutuhkan peran orang tua guna untuk mengatasi masalah tersebut.

Sebenarnya, ada berbagai macam cara yang bisa orang tua lakukan untuk mengurangi kebiasaan jajan anak. Salah satunya dengan menyajikan bekal makanan sehat dan kreatif sehingga menggugah nafsu makan anak.

ilustrasi minuman cokelatBy Pixel-Shot on Shutterstock ilustrasi minuman cokelat

Namun, bila anak tetap memaksa jajan, maka orang tua harus terlebih dahulu mengedukasi anak perihal jajanan sehat yang boleh mereka konsumsi.

Edukasinya sendiri bisa dimulai dengan mengenalkan anak terlebih dahulu mengenai nutrisi apa saja yang dibutuhkan oleh tubuh.

Sebagaimana dimuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75/2013, zat besi, zinc, vitamin C, vitamin E, dan vitamin B12 adalah nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan anak usia sekolah.

Selanjutnya, memberitahu anak bahwa jajanan sehat itu adalah yang mengandung nutrisi-nutrisi di atas dan yang paling penting rendah gula, seperti Milo, misalnya.

Produk minuman yang kini hadir dalam ukuran sachet 22 gram ini mengandung gula 25 persen lebih rendah, sehingga aman dikonsumsi oleh anak.

Tak hanya itu, Milo juga semakin diperkaya vitamin B6, B12, C dan D, mineral serta zinc yang jumlahnya lebih tinggi dari sebelumnya. Kombinasi nutrisi tersebutlah yang dibutuhkan untuk mendukung performa anak aktif.

Dari segi rasa, Milo yang terkenal dengan rasa cokelatnya ini, kini mengandung lebih tinggi malt dan kakao, sehingga rasanya jauh lebih nendang.

Nah, ayo mulai sekarang ajari anak untuk terbiasa membeli jajanan sehat!


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com