Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/05/2019, 11:08 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Aktivitas yang berkurang menandakan bahwa otak menjadi lebih efisien dalam memproses memori semantik sebagai dampak dari olahraga. Artinya, otak membutuhkan sumber yang lebih sedikit untuk mengakses memori.

Untuk studi yang dipublikasikan April lewat Journal of the International Neuropsychological Society, para ilmuwan memutuskan untuk kembali mundur dan mengurai langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.

Secara spesifik, mereka ingin melihat apakah olahraga tunggal bisa mengubah proses memori semantik pada otak.

Mereka merekrut 26 pria dan wanita sehat usia 55 hingga 85 tahun yang tidak memiliki masalah memori serius dan meminta mereka untuk mengunjungi laboratorium olahraga sebanyak dua kali.

Di sana mereka beristirahat dengan tenang atau mengendarai sepeda statis selama 30 menit. Para ilmuwan berharap sepeda statis bisa menstimulasi otak namun tidak membuat para partisipan lelah.

Setelah itu, mereka berbaring di dalam pemindai otak MRI dan melihat deretan nama yang muncul di layar di atas kepala mereka. Beberapa nama yang muncul adalah nama-nama terkenal sementara sisanya dari buku telepon lokal.

Nama-nama terkenal adalah elemen penting dalam memori semantik dan para partisipan diminta untuk menekan satu tombol pada layar jika mereka mengenal nama selebriti yang muncul. Sementara jika tidak, mereka diminta menekan tombol lainnya.

Sementara itu, para peneliti menelusuri aktivitas otak mereka sama dengan porsi keterlibatan dalam memproses memori semantik.

Para ilmuwan berharap area yang dibutuhkan untuk kerja memori semantik akan cenderung lebih tenang setelah sesi olahraga, sama seperti kondisi setelah berminggu-minggu olahraga.

Hal itu dikatakan oleh associate professor kinesologi dan direktur Exercise for Brain Health Laboratory dari University of Maryland School of Public Health, yang mengawasi studi tersebut.

Namun, hal itu tidak terjadi. Bagian otak yang paling terlibat dalam memori semantik justru menguap bersama aktivitas yang jauh lebih banyak setelah mereka melakukan olahraga daripada ketika mereka beristirahat.

Awalnya, para peneliti kaget dan bingung dengan hasilnya. Namun, mereka mulai menduga bahwa mereka sedang mulai menyaksikan respons dari latihan yang dilakukan.

"Itu adalah analogi pada apa yang terjadi dengan otot," kata Smith.

Ketika mereka mulai berolahraga, otot-otot mulai menegang dan terbakar melalui energi. Namun, ketika tubuh mereka mulai semakin bugar, otot-otot yang sama merespons lebih efisien dan menggunakan lebih sedikit energi untuk pekerjaan yang sama.

Para ilmuwan menduga, lonjakan aktivitas otak setelah sesi bersepeda pertama adalah pendahuluan untuk perubahan bentuk jaringan. Dengan dilanjutkannya olahraga, ini akan meningkatkan fungsi pada area tersebut.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com