Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/05/2019, 11:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber menshealth

KOMPAS.com - Patrick Eslick ingat ketika pertama kali seseorang berkomentar tentang berat badannya di kelas dua sekolah dasar.

Keadaan menjadi lebih buruk selama masa remajanya. Tak hanya karena ukuran tubuhnya yang semakin besar, tetapi juga kesadaran bahwa ia adalah seorang penyuka sesama jenis.

Eslick saat itu mulai menghindar dari kegiatan fisik yang diikuti anak laki-laki lain, seperti sepak bola atau bisbol.

Ia lalu menghabiskan banyak waktu di sofa sendirian untuk ngemil. Kebiasaan ngemil dan minumnya menjadi kian buruk ketika ia memasuki perguruan tinggi.

Berat badannya mencapai 154 kilogram. Tentu saja, kondisi itu membuatnya merasa tertekan, cemas, dan melahirkan rasa tidak nyaman.

Hingga suatu ketika ia berusaha untuk berubah. Saat itu, Eslick merasa mencapai target berat badan 90 kilogram adalah hal yang mustahil.

Baca juga: Diet Rendah Karbohidrat Efektif Turunkan Berat Badan, Apa Alasannya?

Tetapi, tak disangka perubahan hidupnya dimulai dari sesuatu yang sederhana. Lulus perguran tinggi membuat pola pikirnya berubah.

"Rasanya seperti kesempatan sempurna untuk membuat perubahan besar dalam hidupku,” kata Eslick.

Eslick merasa dirinya adalah orang dewasa yang memiliki tanggungjawab pekerjaan yang lebih dari sekadar mengurus diri sendiri.

Ia merasa, jika tidak melakukan perubahan maka perubahan itu tak akan pernah ada.

Eslick lalu mulai dengan mengendalikan tubuhnya. Termasuk terbuka dengan teman-teman dekatnya dan keluarga, tentang orientasi seksualitasnya.

Ternyata hal itu berhasil dilakukannya, dan dia memulai langkah berikutnya untuk mengendalikan pola makan.

Eslick mulai dari melacak makanannya menggunakan MyFitnessPal.

Ia lalu membatasi kalori dengan memotong makanan cepat saji dan makan malam.

Itu memaksa Eslick untuk mulai memasak. Saat itulah ia merasa cintanya untuk memasak mulai mekar, cinta yang ia yakini bisa mengubah hidupnya.

Baca juga: Diet Sederhana Bantu Pria Ini Turunkan Berat Badan hingga 49 Kilogram

Eslick juga berlangganan majalah memasak dan rajin membaca buku masak dari perpustakaan.

"Aku pikir ini cara yang paling penting agar bisa menurunkan berat badan dan tidak menambahnya kembali," kata dia.

Eslick kemudian melihat sebuah rencana diet yang diunggah di lini masa Reddit, yaitu menggunakan ayam, brokoli dan nasi.

Tapi karena baru mencoba, ia akhirnya belajar membuat kombinasi sehat lainnya, menggunakan sayuran seperti kangkung, asparagus, tauge, dan kacang hijau.

Lalu, untuk melengkapi protein dia memilih ayam, salmon, udang, dan daging.

Ia tidak menghilangkan kebiasaan minum bir, namun belajar menjadikan kesenangan itu sebagai norma.

Ketika datang ke pusat kebugaran, lari adalah hal pertama yang dilakukannya. Sebab ia sangat mengagumi pelari sejak dulu.

“Tubuh mereka terlihat bugar dan daya tahan mereka sangat mengesankan."

"Lari juga tampak seperti kegiatan yang bisa dilakukan di mana saja, kapan saja tanpa memerlukan peralatan khusus selain sepatu," kata Eslick.

Ketika berat badannya turun, berlari menjadi semakin efektif. Setelah 45 kg pertama, berlari menjadi gairahnya. Sama seperti yang ditemukannya lewat memasak.

"Saat aku tdak bisa melakukannya, rasanya seperti ada sesuatu yang besar yang hilang dari hidupku," ujar dia.

Namun dia mengalami cedera lutut. Eslick lalu beralih ke latihan kekuatan. Ia mulai dibantu seorang pelatih di pusat pelatihan setempat.

Baca juga: Turunkan 90 Kg Berat Badan dengan Diet Keto dan CrossFit...

Dengan kombinasi makan sehat, berlari, dan latihan kekuatan, berat badan Eslick susut hingga menjadi 90 kilogram. Sebuah kondisi yang sebelumnya dia anggap mustahil.

Setelah itu, ia mulai benar-benar melihat definisi otot. Ia pun mulai mencoba berlari maraton.

Tampak fisik selalu menjadi tantangan bagi Eslick. Ia masih terus merasa tubuhnya belum cukup ideal ketika bercermin, meskipun ketika sudah turun sekitar 22,6 kilogram.

"Ketika melihat ke cermin aku masih melihat diriku gemuk. Banyak orang bisa mencintai diri sendiri ketika tubuhnya gemuk, tetapi aku tidak," ujar dia.

Eslick mempercayai angka itu. Ketika berat badannya turun, ia berkata pada dirinya sendiri bahwa ia sudah semakin dekat dengan tujuannya.

Kehilangan berat badan mengembalikan kepercayaan diri Eslick.

Ia pun menjadi tidak terlalu pemalu, dan mulai semangat menantikan waktu berbelanja pakaian.

Sebab, ia mengetahui bahwa kini ia dapat mencoba pakaian-pakaian tersebut tanpa bersembunyi.

Baca juga: 3 Trik Hentikan Diet Keto Tanpa Alami Kenaikan Berat Badan

Pada perjalanan penurunan berat badannya, Eslick menilai waktu bersosialisasi adalah tantangan. Sulit untuk menolak makanan atau minuman yang disuguhkan di sana.

Ia tahu satu minuman bisa membuatnya minum lebih banyak, dan kemudian lebih banyak lagi dan akan berubah menjadi besar. Sama halnya dengan makanan.

Namun, dia mencoba melawan godaan dengan memasak di rumah, bahkan jika itu hanya membawa perasaan Fear of Missing Out (FOMO) atau pandangan buruk dari kerabat-kerabatnya.

Kendati begitu, dia yakin kehidupan sosialnya juga membaik. Ia merasa nyaman dan percaya diri dengan tubuhnya, serta memiliki energi untuk melakukan banyak hal.

"Ketika kita menghargai diri sendiri, jauh lebih mudah untuk membiarkan orang lain masuk ke dalam hidup kita," kata Eslick.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber menshealth
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com