Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/05/2019, 13:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber menshealth

Bagian kedua dari penelitian ini menggunakan sampel musik baru, yaitu 84 pasang klip musik instrumen berdurasi 10 detik.

Nuansa dari musik itu bahagia, sedih, membangkitkan rasa takut, netral, dan juga musik dengan energi tinggi dan rendah.

Dalam setiap kasus, peserta --sama seperti sebelumnya, menunjukkan musik mana yang mereka sukai untuk didengarkan kembali.

Mereka juga mendengar semua sampel lagu di bagian akhir, dan menyatakan apa efek yang mereka miliki terhadap emosi mereka.

Para peneliti kembali membuktikan orang dengan depresi memiliki preferensi yang jauh lebih besar untuk musik yang sedih dan berenergi rendah.

Namun, tidak kepada musik yang merangsang rasa takut.

Ketika mereka mendengar klip-klip lagu sedih dan berenergi rendah itu lagi, mereka merasa lebih bahagia dan kesedihan yang mereka rasakan berkurang.

Hal ini bertentangan dengan gagasan bahwa orang-orang yang merasa tertekan biasanya mempertahankan suasana hati mereka dengan musik sedih.

Sayangnya, penelitian ini tidak dapat menjelaskan mengapa orang yang depresi merasa musik dengan energi rendah dan bernuansa sedih dapat membangkitkan semangat mereka.

Baca juga: Depresi pada Usia 20-an Tahun Picu Penurunan Ingatan Ketika Usia 50-an

Namun, kondisi ini bisa diakibatkan karena lagu dengan energi tinggi dan bernuansa bahagia mungkin membuat penderita depresi merasa jengkel dan tidak pantas.

Sebaliknya, lagu berenergi rendah dan bernuansa sedih membuat mereka merasa terhibur.

Petunjuk lebih lanjut datang dari penelitian baru lain yang menyelidiki mengapa mereka yang bukan penderita depresi umumnya suka mendengarkan musik sedih ketika merasa sedih.

Hasil riset membuktikan, orang yang merasa sedih --meski tidak menderita depresi, merasakan memiliki teman yang mendukung saat mendengarkan lagu sedih.

Sayangnya, penelitian ini hanya melibatkan para wanita dalam sampel kecil, serta cuma melihat efek emosional dalam waktu singkat.

Peneliti pun berharap ada riset lebih lanjut untuk mengungkap mengapa orang dengan depresi menyukai musik sedih.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Sumber menshealth
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com