Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/05/2019, 12:52 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kita semua tahu bahwa apa yang kita pikirkan memiliki dampak langsung pada perasaan kita.

Jika kita memikirkan banyak hal negatif, misalnya, ada kemungkinan kita akan mulai merasakan ketegangan secara fisik.

Tetapi, bagaimana pikiran itu bisa mempengaruhi kesehatan kita dari waktu ke waktu?

Sebuah studi baru yang dilakukan oleh American Psychological Association menemukan bahwa kemarahan membawa dampak yang lebih merugikan daripada kesedihan ketika dikaitkan dengan risiko peradangan dan penyakit kronis pada orang-orang tua.

Untuk menemukan ini, para peneliti mempelajari sekelompok orang dewasa berusia 59 hingga 93 tahun dan mencatat frekuensi perasaan marah dan sedih mereka. Kemudian, para peneliti bertanya apakah mereka memiliki penyakit kronis dan juga menguji tingkat peradangan yang mereka alami.

"Kami menemukan bahwa kemarahan setiap hari sangat erat kaitannya dengan risiko tingkat peradangan dan penyakit kronis yang lebih tinggi untuk orang yang berusia 80 tahun ke atas, tetapi tidak untuk usia yang lebih muda," kata salah satu penulis studi Carsten Wrosch, Ph.D., dari Concordia University.

Di sisi lain, kesedihan tidak berkaitan dengan risiko peradangan maupun penyakit kronis.

Studi menunjukkan bahwa mereka yang berusia di bawah 80 tahun lebih tidak rentan karena mereka merasa seolah masih dapat mengambil suatu tindakan untuk mengontrol amarah mereka.

Sedangkan orang tua berusia 80 tahun ke atas mungkin tidak memiliki kemampuan untuk membuat perubahan seperti cepat, sehingga emosi negatif bisa cepat terbangun.

Temuan ini menunjukkan pentingnya mengembangkan strategi yang lebih baik bagi orang tua untuk menghadapi situasi yang berada di luar kendali mereka, sehingga mereka dapat mengurangi amarah dan risiko berkembangnya penyakit kronis.

Meski penelitian ini dilakukan pada populasi yang lebih tua, penting bagi orang-orang yang lebih muda untuk memperhatikannya.

Sebuah penelitian terbaru juga mendukung adanya hubungan antara emosi dan kesehatan fisik. Ini disebabkan karena menahan emosi seperti kemarahan, kesedihan dan kesedihan bisa berdampak pada kadar kortisol yang tidak sehat, penyakit jantung, iritasi usus besar, kegelisahan, dan depresi.

Jadi apa yang bisa kita lakukan?

Penelitian menunjukkan bahwa mengungkapkan perasaan kita kepada orang yang dianggap terpercaya dapat membantu menurunkan kadar kortisol kita.

Jika kita berpikir hal terakhir yang ingin dilakukan adalah berbicara tentang apa yang kita rasakan, maka kita tidak sendirian. Selain itu, untungnya, pekerjaan ekspresif seperti menulis, menari, menggambar, dan bernyanyi bisa sangat membantu.

Jadi, entah kita merasakan lebih banyak emosi positif atau emosi negatif hari ini, ada baiknya memikirkan bagaimana dampak setiap emosi tersebut terhadap perasaan kita.

Sadarilah apa dampak fisik yang dirasakan tubuh kita bila merasa senang dan didukung atau ketika marah dan malu.

Semakin selaras dengan bagaimana tubuh kita bereaksi terhadap emosi yang berbeda, kita mungkin memiliki kesempatan lebih baik untuk melepaskan emosi negatif sebelum mereka mulai berdampak buruk terhadap tubuh kita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com