Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/05/2019, 17:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Gizmodo

KOMPAS.com - Sebuah uji coba yang dipimpin oleh pemerintah Amerika Serikat meneliti lebih jauh tentang ketakutan yang ada di masyarakat seputar makanan olahan.

Anggapan selama ini menyebutkan, orang-orang yang mengonsumsi makanan olahan cenderung akan mendapatkan lebih banyak kalori.

Mereka juga menjadi lebih mudah mengalami kenaikan berat badan, dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi makanan olahan.

Perbandingan itu tetap sama, sekalipun kedua kelompok tersebut menyantap jumlah karbohidrat, lemak dan nutrisi yang sama.

Asumsi itu didasari oleh bukti tidak langsung, dan anggapan yang selama ini beredar di masyarakat.

Namun, peneliti Kevin Hall -yang juga seorang ilmuwan senior di National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, menyebut, tak ada bukti konkret dari hubungan sebab-akibat tersebut.

Baca juga: Pahami, 2 Hal Utama Agar Sukses Turunkan Berat Badan

Ini adalah masalah yang pembahasannya sudah berlangsung lama di dunia nutrisi, karena sulit untuk mempelajari pola makan orang-orang secara terpisah.

Hall mengatakan, ada pepatah lama yang menyebut korelasi tidak harus selalu merupakan sebab-akibat.

Misalnya, bisa jadi orang makan makanan olahan tidak sehat karena alasan lain. Atau, bisa jadi mereka tidak sekaya orang-orang yang tidak makan makanan olahan.

"Jadi, kita tidak tahu apakah makanan olahan bisa menjadi faktor yang tidak bersalah dalam pola ini," kata Hall.

Demi membantu memperbaiki kesenjangan ini lewat bukti konkret, Hall merekrut 20 sukarelawan sehat.

Mereka ditugaskan untuk berlibur selama sebulan di Unit Penelitian Klinis Metabolik Klinis Institusi Kesehatan Nasional.

Mereka direkrut untuk melakukan uji coba terkontrol secara acak.

Selama dua minggu, sukarelawan tersebut harus makan makanan olahan, sementara dua minggu lainnya dihabiskan untuk makan makanan yang tidak diproses.

Setengahnya secara acak ditugaskan untuk memulai pola makan tanpa makanan olahan terlebih dahulu, dan sebaliknya.

Halaman:
Sumber Gizmodo
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com