Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/05/2019, 17:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Gizmodo

 

“Aku kira, ketika kita mencocokkan nutrisi, dalam hal ini gula, garam dan lemak, maka tidak akan ada banyak perbedaan (antara olahan dan non-olahan), tetapi ternyata aku salah," katanya.

Studi ini tidak dimaksudkan untuk menguji peran spesifik lemak, gula dan garam dalam meningkatkan asupan kalori.

Dengan ukuran sampel penelitian yang kecil, berarti temuan harus dilihat dengan hati-hati, setidaknya sampai penelitian lebih lanjut mengonfirmasinya.

Terlepas dari itu, Hall mengatakan ada petunjuk menarik tentang mengapa makanan olahan mungkin mendorong kita untuk makan lebih rakus.

Baca juga: Makan Apel dengan Kulitnya atau Dikupas, Mana yang Lebih Sehat?

Ketika orang mengonsumsi makanan yang tidak diproses, kadar hormon yang disebut peptide YY (PYY) atau hormon penekan nafsu makan yang dikeluarkan oleh usus, sebenarnya meningkat.

Ada pula hormon lain yang diketahui memicu rasa lapar, yaitu hormon ghrelin.

Hormon-hormon tersebut tidak ada ketika kita mengonsumsi makanan yang tidak diproses.

Namun pada titik ini, bahan-bahan atau bahan kimia spesifik yang biasa ditemukan dalam makanan olahan bisa menjadi penyebab perubahan hormonal ke arah perilaku makan.

Halaman:
Sumber Gizmodo
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com