Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Kecerdasan, Rasa Empati Anak Perlu Dilatih

Kompas.com - 18/05/2019, 11:57 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Di usia balita, bukan hanya perkembangan otak dan intelektual anak yang berkembang pesat, tapi juga kecerdasan emosionalnya.

Seperti halnya kecerdasan yang perlu terus distimulasi, rasa empati dan kepedulian anak juga perlu dikembangkan sejak dini. 

“Kebaikan dan kebesaran hati tidak dibawa anak sejak lahir. Butuh distimulasi dan ditumbuhkan,” kata psikolog Roslina Verauli M.Psi, dalam acara temu media yang diadakan oleh Bebelac di Jakarta (16/5).

Ia menjelaskan, rasa peduli dan kebaikan hati anak ditentukan oleh tuntutan situasi di mana anak berada.

“Kadang anak akan terlihat manis, perhatian, tapi di lain waktu ia seolah nakal. Nah, agar empatinya selalu konsisten perlu terus dirangsang. Orangtua merupakan role model perilaku bagi anak,” papar Vera.

Mengasah rasa peduli anak dapat dilakukan sejak dini sesuai tahap tumbuh kembangnya. 

Baca juga: 7 Langkah untuk Ajari Anak Pemalu Jadi Lebih Percaya Diri

Di usia 0-3 tahun, rasa empati anak sudah ada tetapi anak belum mampu berempati secara tepat.

“Misalnya ketika melihat orang lain menangis, ia akan refleks ikut menangis. Nah nanti di usia 4-5 tahun ia sudah mulai mampu berpikir tentang perspektif orang lain,” paparnya.

 Pada usia tersebut, ajak anak untuk membantu atau menolong orang lain. Jadi tidak hanya sekadar berempati, tetapi sudah ada tindakan kebaikan yang menyertai.

“Di usia 5-6 tahun, libatkan si kecil dalam emotional talk supaya mereka bisa menyampaikan apa yang dirasakan dan beri pujian untuk setipa hal baik yang mereka lakukan,” kata dosen psikologi di Universitas Tarumanegara ini.

Aktris Shireen Sungkar mengaku berusaha menanamkan rasa empati dan senang menolong pada ketiga anak-anaknya.

“Adam, si sulung, sudah bisa meniru kebiasaan baik. Beberapa waktu lalu ketika adiknya jatuh dan sedikit berdarah, Adam sibuk mencari obat untuk adiknya,” ujar Shireen dalam acara yang sama.

Dari kiri ke kanan: Aktris Shireen Sungkar, Prof.Dr.Saptawati Bardosono, Roslina Verauli, dan Deska Hapsari Nugrahaini, dalam acara diskusi yang diadakan Bebelac di Jakarta (16/5/2019).Kompas.com/Lusia Kus Anna Dari kiri ke kanan: Aktris Shireen Sungkar, Prof.Dr.Saptawati Bardosono, Roslina Verauli, dan Deska Hapsari Nugrahaini, dalam acara diskusi yang diadakan Bebelac di Jakarta (16/5/2019).

Asupan nutrisi

Dengan stimulasi yang tepat, kebesaran hati anak akan berkembang seturut kemampuan daya berpikirnya.

Untuk mendukungnya, menurut pakar nutrisi Prof.Saptawati Bardosono, asupan nutrisi anak juga perlu diperhatikan. 

“Penuhi kebutuhan makronutrisi dan mikronutrisinya, termasuk kebutuhan lemak esensial AA dan DHA, vitamin, mineral, dan prebiotik untuk kesehatan saluran cerna,” kata Saptawati.

Ia menjelaskan, kesehatan saluran cerna juga memengaruhi kemampuan daya pikir dan emosi anak. 

“Usus adalah organ yang kompleks. Organ ini memiliki 70 persen sel imun, 100 juta neuron yang menghasilkan serotonin tubuh yang memengaruhi mood atau emosi,” paparnya.

Baca juga: Orangtua yang Rutin Berolahraga Pengaruhi Kecerdasan Anak 

Kegiatan Ramadhan

Dalam kegiatan Bebelac Ramadhan Campaign, Bebelac mengajak orangtua mulai mengasuh kebesaran hati si kecil. 

“Kami percaya anak yang punya kebesaran hati yang berkembang seiring dengan daya pikirnya akan tumbuh jadi anak yang punya rasa peduli, cepat tanggap, dan mudah bersosialisasi,” kata Marketing Manager Bebelac, Deska Hapsari Nugrahaini.

Bekerja sama dengan Verauli, Bebelac juga menyediakan materi yang dapat digunakan orangtua memberi stimulasi dari aspek kecerdasan (IQ), emosional (EQ) dan spiritual (SQ), dalam bentuk flash card, tips tumbuh kembang si kecil. Materi ini bisa diundah dari website atau media sosial Bebelac.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com