Saat ini problem terbesar yang dihadapi peternak sapi perah di Indonesia adalah keterbatasan lahan untuk pengembangan pakan yang berpengaruh pada rendahnya produksi susu.
Rata-rata produksi susu segar di tanah air 847.090 ton per tahun atau sekitar 21 persen dari kebutuhan susu tahun lalu yang mencapai 3,8 juta ton. Sisanya harus diimpor.
Itu sebabnya menurut Eva Marliyanti, ketua Koperasi Agro Niaga Jabung, Malang, Jawa Timur, mengembangkan peternakan sapi organik di Indonesia relatif sulit.
“Yang harus dibuat organik adalah pakan ternaknya dulu. Sapi-sapi itu juga harus dilepas dari kandang. Untuk peternakan di Indonesia belum memungkinkan karena lahan yang dimiliki peternak belum banyak,” kata Eva yang memiliki anggota 2.100 peternak ini.
Di Denmark, satu hektar lahan bisa menghasilkan pakan untuk satu ekor sapi. Sebagai perbandingan, di Indonesia satu hektar dibagi untuk 8 ekor sapi.
Rendahnya produksi susu, menurut dia, harus menjadi perhatian utama para peternak. Saat ini, produksi susu tata-rata baru 10 liter yang tertinggi sekitar 30 liter perhari.
Jumlah itu sangat jauh jika dibandingkan dengan sapi perah di Denmark yang bisa menghasilkan rata-rata 38 liter untuk peternakan konvensional dan 33 liter di peternakan organik.
“Saya rasa kita lebih perlu meningkatkan produktivitas susu baru melangkah ke peternakan organik,” ujarnya.
Di Indonesia, peternakan yang ada adalah peternakan rakyat. Keterbatasan modal dan juga keterampilan sumber daya manusia, juga menjadi tantangan bagi peternakan sapi organik.
“Barangkali kalau peternak di Indonesia melihat contoh yang sukses baru mau beralih ke peternakan organik,” kata Koesnan ketua Koperasi Peternakan Sapi Perah Setia Kawan, Pasuruan, Jawa Timur yang juga mengikuti program ini.
Ia mengatakan akan berdiskusi dengan anggota koperasinya untuk menjajaki pembuatan pilot project peternakan organik di Malang.
“Kami juga ingin berkontribusi pada pembangungan SDM anak-anak kita melalui nutrisi protein hewani berupa susu organik,” ujarnya.
Ditambahkan oleh Eva, untuk menarik minat peternak, perlu ada perusahaan yang siap menyerap hasil susu organik tersebut.
“Kalau kami para peternak ini akan mencoba, pihak industri juga siap menerima berapa pun hasilnya, entah puluhan atau ratusan liter susu,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.