Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Psikologis, Mengapa Orang Doyan Bergosip

Kompas.com - 24/05/2019, 12:28 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Health.com

KOMPAS.com - Semua orang bergosip. Kita mungkin berpikir percakapan harian bisa memuat ide-ide produktif dan debat tentang pertanyaan tak terjawab dalam hidup. Namun faktanya, kita semua lebih gemar membicarakan orang lain.

Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Social Psychological and Personality Science menjelaskan lebih mendalam tentang kebisaan ini.

Peneliti menemukan bahwa setiap orang setidaknya menghabiskan waktu 52 menit per hari untuk bergosip. Banyak orang berbagi informasi tentang orang-orang yang tinggal di sekitar mereka.

Menurut penulis studi, definisi gosip adalah membicarakan orang lain yang tidak hadir.

Maka, bergosip menurut definisi ini tidak harus tentang menyebarkan rumor jahat atau cerita memalukan, melainkan bisa sekadar berbagi informasi.

Kamu sudah bisa dikatakan bergosip ketika kamu mengatakan pada orang lain bahwa pekan depan sepupumu akan menikah, teman dekatmu memulai kerja baru, atau anak perempuanmu akan ikut perlombaan tari.

Studi terbaru ini menemhkan bahwa pada rata-rata 52 menit orang bergosip tersebut, di dalamnya juga termasuk berbagi detail-detail berbahaya tentang keseharian seseorang.

Baca juga: Jika Tak Ingin Jadi Bahan Gosip di Kantor, Perhatikan 5 Poin Ini

Kebiasaan bergosip ini ternyata memiliki alasan psikologis.

Profesor psikologi dan neurosains di Duke University yang memiliki spesialisasi di bidang psikolog sosial dan personal, Mark Leary, PhD menjelaskan, bergosip adalah sebuah insting mendasar manusia.

Sebab, kita hidup mengakar dalam kelompok. Tidak hanya hidup dalam kelompok, kita juga bergantung pada orang-orang dalam kelompok tersebut untuk bertahan hidup.

Sehingga, banyak orang merasa perlu mendapatkan sebanyak mungkin informasi tentang orang-orang yang ada di sekitarnya untuk mengenal mereka lebih dalam.

"Seperti siapa yang bisa dan tidak bisa dipercaya, siapa yang merusak aturan kelompok, siapa berteman dengan siapa, kepribadian seseorang, dan lainnya," kata Leary.

Coba pikirkan tentang kelompok-kelompokmu. Kamu bergantung pada keluargamu untuk cinta dan kasih sayang, dan dalam beberapa kasus juga makanan dan hal-hal rumah tangga.

Kamu bergantung pada teman-temanmu untuk interaksi sosial dan pertemanan. Kamu bergantung pada bosmu untuk uang dan mungkin asuransi kesehatan.

Jika rekan kerjamu mengatakan bahwa atasanmu akan memecat orang, kamu bersiap mencari sumber pendapatan dan asuransi lain, dan sebagainya.

Baca juga: Tak Selamanya Negatif, Gosip Juga Bermanfaat, Percaya?

Halaman:
Sumber Health.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com