Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Jarang Tersenyum, Berdampak Negatif pada Anak

Kompas.com - 25/05/2019, 09:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ekspresi sederhana seperti senyum dari orangtua ternyata bisa berdampak terhadap masa depan anak.

Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani menyebutkan sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh psikolog asal Amerika Serikat, Edward Tronick.

Penelitian tersebut mempelajari bagaimana senyum ibu kepada bayinya memengaruhi si anak.

Hasilnya, ketika ibu tersenyum dan ekspresif, bayi cenderung memperlihatkan ekspresi bahagia.

Sebaliknya, ketika ibu hanya memperlihatkan wajah datar, bayi terlihat bingung, mencoba mencari perhatian ibunya, bahkan gelisah dan menangis setelah beberapa menit.

Baca juga: Senyum Mampu Cerminkan Karakter Seseorang

Hal ini menyampaikan tiga hal. Ketika orangtua tersenyum, anak akan merasa aman dan tahu berada di tangah orang yang tepat, anak merasa nyaman dan dicintai.

"Ketiga hal ini bersatu lalu terjadi attachment atau anak menjadi merasa dekat dengan orangtuanya."

Hal itu diungkapkan pada sesi diskusi di RPTRA Akasia, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (24/5/2019) kemarin.

Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani S.Psi., M.Si dan Founder Ayah Asi Sogi Indra Dhuaja dalam sebuah diskusi di RPTRA Akasia, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (24/5/2019).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani S.Psi., M.Si dan Founder Ayah Asi Sogi Indra Dhuaja dalam sebuah diskusi di RPTRA Akasia, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (24/5/2019).

Baca juga: Nirvana Gugat Marc Jacobs karena Gunakan Logo Senyum

Psikolog yang akrab disapa Nina itu menambahkan, kedekatan anak dan orangtua berhubungan dengan perasaan kasih sayang yang mereka terima.

Ketika anak merasa tidak disayang oleh orangtua, konsep diri mereka akan turun. Konsep diri yang rendah akan membuat kepercayaan diri anak juga turun.

Percaya diri yang rendah bisa menjadi dasar dari rangkaian masalah lain terkait pertumbuhan psikologis anak. Seperti sulit mengontrol diri dan sulit berteman.

"Kalau orangtuanya jarang tersenyum pada anak, rentetan ini akan terjadi," kata dia.

 

Usia dewasa

Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani S.Psi., M.Si ketika ditemui di RPTRA Akasia, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (24/5/2019).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani S.Psi., M.Si ketika ditemui di RPTRA Akasia, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (24/5/2019).
Permasalahan itu barulah sebatas masalah di usia anak-anak. Ketika dewasa, anak akan menghadapi tantangan hidup yang lebih luas.

Sifat negatif yang terbangun sejak kecil tersebut pada akhirnya akan berdampak pada lingkungan sekitarnya, seperti lingkungan kerja, pertemanan dan keluarga.

"Kalau berteman, misalnya, dia mungkin sangat tertutup atau membuat kerusuhan di lingkungannya."

"Kalau menikah, pernikahan bisa jadi sulit dan menularkan ketidakbahagiaan itu pada anaknya, akhirnya menjadi masalah besar," ucap Nina.

Meski begitu, bukan berarti orangtua harus tersenyum setiap saat kepada anak. Orangtua hanya perlu menempatkan diri, kapan tersenyum yang tepat pada anak.

"Yang juga penting adalah menunjukkan ekspresi yang tepat."

Baca juga: Marah Bisa Picu Penyakit Bagi Lansia, Apa Alasannya?

"Kalau lagi marah ya jangan senyum, sebaliknya kalau memuji ya senyum tapi tidak usah terus-terusan senyum," kata dia.

Orang dewasa terkadang memiliki waktu-waktu di mana mereka tak ingin tersenyum. Misalnya, ketika menghadapi masalah di tempat kerja.

Emosi tersebut kadang terbawa hingga ke rumah dan dirasakan oleh anak. Padahal, anak seringkali merasa rindu pada orangtuanya karena seharian tidak bertemu, dan membutuhkan sambutan hangat orangtuanya.

Kondisi ini bisa diatasi dengan membangun mood. Siapkan strategi yang berlaku bagi diri sendiri.

Misalnya, mendengarkan musik tertentu atau makan makanan kesukaan sepulang kerja untuk kembali menetralisasi perasaan

"Jadi saat pulang, mood sudah terbangun dan sampai rumah jadinya happy," kata Nina.

Sementara, bagi orangtua yang seharian bersama anak, sediakanlah waktu khusus untuk bermain bersama anak.

Tak perlu terlalu lama, waktu sekitar 15 sudah cukup.

"Saat main-main itu buatlah suasana yang seru, ajak anak ketawa-tawa. Di situ kita membangun hubungan yang dekat dengan anak," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com